Jakarta, Technology-Indonesia.com – Untuk meningkatkan keandalan keselamatan dan operasi Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy (RSG-GAS) yang berada di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie Serpong, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meminta International Atomic energy Agency (IAEA) melakukan inspeksi reaktor tersebut.
“Dengan Inspeksi In-Service berupa inspeksi visual internal terhadap tangki dan struktur lain dalam reaktor RSG-GAS oleh IAEA maka bisa untuk mengetahui kondisi reaktor berdasarkan standar yang berlaku di dunia,” Direktur Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK)-BRIN, R. Mohammad Subekti dalam kegiatan Inspeksi In-Service oleh IAEA pada 5 – 9 Juni 2023 di KST B.J. Habibie Serpong.
Melansir dari laman brin.go.id, Subekti mengatakan bahwa sekitar 20 tahun lalu sudah pernah dilakukan inspeksi terhadap RSG-GAS dan pada kesempatan ini akan dilakukan inspeksi secara visual dengan lebih detail.
“Hal ini untuk mengetahui kondisi penurunan penuaan yang ada di teras reaktor serta kondisi-kondisi tertentu. Dengan mengetahui kondisi tersebut, maka dapat secepat mungkin dilakukan mitigasi dengan bantuan tenaga ahli, baik dari IAEA maupun dari Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN,” ungkapnya.
Menurut Subekti inspeksi in service merupakan inspeksi rutin yang dilakukan di RSG-GAS sesuai prosedur untuk memenuhi persyaratan regulasi Badan Pengawas tenaga Nuklir (BAPETEN).
Inspeksi yang dilakukan terkait program perawatan reaktor dengan standar operasional prosedur yang meliputi kelistrikan, instruksi kendali, dan teras reaktor serta berbagai hal yang termasuk dalam perawatan rutin.
“Ada perawatan yang sifatnya 1 bulan sekali, 6 bulan sekali, setahun sekali, bahkan ada yang 5 tahun sekali untuk tempat-tempat sulit karena ketahanannya,” ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pemeriksaan bukan hanya pada instrumennya, namun juga pada kondisi fisik bangunan. Misalnya apakah bangunan masih tahan gempa untuk kondisi reaktor beroperasi pada daya puncak. Hasil perawatan tersebut selalu direview oleh BAPETEN untuk mengetahui secara keseluruhan kondisi reaktor.
Tenaga Ahli dari IAEA, Ruben Mazzi menyampaikan bahwa IAEA akan melakukan inspeksi fisik terhadap 3 reaktor riset di BRIN. “Kami melakukan inspeksi untuk 3 reaktor riset yang ada di Indonesia, yaitu RGS-GAS, Reaktor Triga, dan Reaktor Kartini. Untuk pekan ini kami fokus melakukan inspeksi pada RSG-GAS,” ungkapnya.
“Untuk inspeksi reaktor yang ada di Serpong ini, nanti akan dibantu juga oleh perwakilan dari Chilean Nuclear Energy Commision atau CChEN,” tambahnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli dari IAEA lainnya, Walter Bermudez mengatakan jika peralatan yang digunakan untuk inspeksi visual harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
“Persyaratan tersebut terkait dengan ketahanan alat, ukuran dan kualitasnya. Serta ada beberapa kriteria peralatan yang akan digunakan, diantaranya harus memiliki toleransi radiasi yang baik. Untuk kamera adalah yang memiliki ukuran kecil namun dengan resolusi yang besar,” ungkap Walter.
Lebih lanjut Walter menjelaskan proses inspeksi yang akan dilakukan pada RSG-GAS yaitu akan menggunakan kamera dengan berat sekitar 12 kg yang mengandung lensa berpresisi tinggi, motor, dan komponen bergerak.
“Kamera tersebut akan dimasukkan ke dalam kolam reaktor selama sekitar 22 jam untuk memperoleh data yang akurat. Untuk itu perlu penanganan yang hati-hati. Jika kondisi tertentu ditemukan pada saat pemeriksaan, kami akan langsung menyampaikan sehingga kita dapat mendiskusikan solusinya,” tuturnya.
Kegiatan inspeksi ini diharapkan dapat menjadi wadah membelajaran bagi periset muda terkait perawatan reaktor. Selain itu kegiatan ini juga dapat menjadi acuan dalam perpanjangan izin operasi RSG-GAS yang akan berakhir pada 2029.