Jakarta, Technology-Indonesia.com – Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) yang dikelola Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) secara resmi berubah menjadi Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir). Peresmian pergantian nama STTN menjadi Poltek Nuklir oleh Kepala BRIN dilaksanakan pada Sabtu (30/10/2021).
Perubahan kelembagaan tersebut sesuai amanah Permenristekdikti Nomor 54 tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Program Diploma dalam Sistem Terbuka pada Perguruan Tinggi. Dalam aturan tersebut, program vokasi dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi sampai tingkat sarjana, magister maupun program doktor terapan.
Sementara, STTN sebelumnya hanya menyelenggarakan program diploma IV. Perubahan Kelembagaan tersebut harus diikuti juga dengan penguatan program vokasi secara optimal, efektif, efisien dan bermutu sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) dan kebutuhan industri serta dunia kerja._
STTN telah mengikuti proses perubahan regulasi dalam beberapa tahun terakhir. Rekomendasinya pun telah terbit dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 3752/D/OT/2020 tanggal 20 Desember 2020. Sedangkan persetujuan perubahan bentuk dari Sekolah Tinggi ke Politeknik sudah diterbitkan oleh Kemenpan RB Nomor B/642/M.KT.01/2021 tanggal 29 Juni 2021.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko menyatakan Poltek Nuklir diresmikan 30 Oktober 2021 ini untuk menindaklanjuti Peraturan BRIN No 13/2021 yang telah diundangkan sejak 28 Oktober 2021, serta PP 4/2012 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi. Menurutnya, ini merupakan milestone ke-3 bagi pendidikan vokasi yang berdiri sejak 1985 dan berubah menjadi STTN pada 2001. Dengan transformasi ini, Poltek Nuklir diharapkan menjadi pusat pendidikan vokasi terkait teknologi nuklir tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di regional.
Untuk itu, BRIN bersama segenap pimpinan di Poltek Nuklir mencanangkan target: Peningkatan status akreditasi menjadi A dari akreditasi B saat ini, penambahan kapasitas menjadi 1.000 mahasiswa dari 400 mahasiswa saat ini, menambah jumlah prodi mengikuti perubahan/kebutuhan zaman serta menyelenggarakan S2 dan S3 Terapan, dan peningkatan kualitas melalui penguatan global engagement dengan pendidikan tinggi dan linstitusi riset sejenis di LN.
Handoko menambahkan, untuk mencapai target tersebut BRIN akan mendukung secara total melalui beberapa kebijakan konkrit antara lain: Pembebasan biaya masuk dan UKT bagi seluruh mahasiswa Poltek Nuklir mulai semester depan, penyediaan asrama bagi mahasiswa tahun pertama dan kedua, seta revitalisasi dan integrasi infrastruktur serta program pendidikan dan riset dengan BRIN Babarsari. Kebijakan lainnya adalah peningkatan kuantitas, dan kualitas dosen dengan percepatan peningkatan kualifikasi melalui S2/S3 by-research, peningkatan mobilitas SDM antara Poltek dan BRIN dalam bentuk pembantu periset (research assistantship) di BRIN Babarsari dan fasilitas nuklir lain; mobilisasi periset BRIN menjadi dosen di Poltek; mobilisasi pensiunan menjadi dosen, dan seluruh dosen maupun mahasiswa wajib menguasai bahasa Inggris.
Deputi SDM IPTEK BRIN, Edy Giri Rachman Putra menyebut adanya perubahan status ini akan menjadi tantangan baru baik dalam sistem pembelajaran maupun penguatan SDM. “Tantangan ke depan adalah bagaimana melakukan antisipasi lingkungan strategis baik internal maupun eksternal, bagaimana pembelajaran mampu menghasilkan dan mampu menguatkan SDM yang unggul di bidang teknologi nuklir, dan menjadikan lulusan berdaya saing global,” tegasnya.
Pada kesempatan ini juga berlangsung pelantikan para pejabat di lingkungan Poltek Nuklir. Edy Giri berpesan kepada para pejabat yang dilantik agar mampu meletakan dasar kuat sebagai Perguruan Tinggi Vokasi Nuklir satu-satunya di Indonesia dan sangat jarang di negara lain ini. Upaya menguatkan jejaring serta implementasi kerjasama dalam mengembangkan Nuclear Teaching Laboratory / Nuclear Teaching Industry bersama stakeholder dari dalam dan luar negeri juga penting, serta mampu bersinergi untuk mengubah paradigma; semangat; budaya; visi – cita cita menjadikan Poltek Nuklir mengglobal sesuai visi misi Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia.
Menurutnya, program Nuclear Teaching Industry (NTI) sebagai bagian dari link and match antara perguruan tinggi dan industri telah dimulai. Harapannya program ini akan semakin berkembang saat STTN sudah berubah menjadi Politeknik.
Industri menjadi mitra untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa, sebagai tempat belajar yang nyata, meminimalkan kesenjangan teori dan praktik di dunia kerja. Hal ini lanjut Edi Giri, tentu saja menjadi salah satu keunggulan kompetitif untuk mahasiswa Poltek Nuklir.
Sebagai perguruan tinggi diploma bidang vokasi, salah satu daya saing sekaligus keunggulan mahasiswa disini adalah dibekalinya mahasiswa dengan sertifikasi Surat Izin Bekerja Petugas Proteksi Radiasi (SIB PPR). SIB PPR merupakan sebuah lisensi yang wajib dimiliki oleh pengguna zat radioaktif baik industri maupun lembaga yang memanfaatkan zat radioaktif.
Selain sertifikasi PPR Industri, juga ditawarkan tambahan sertifikasi kompetensi bagi mahasiswanya, yaitu SIB PPR Medik, UT (Ultrasonic Test) level 2 dan lisensi Operator Radiografi (OR). Harapannya dengan peresmian ini, Poltek Nuklir akan semakin terbuka, kuat berjejaring dengan industri, lembaga penelitian, maupun perguruan tinggi, semakin banyak menghasilkan inovasi dan mampu menguatkan Indonesia dengan aplikasi teknologi nuklirnya.