TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional telah menjalin kerja sama dengan Indian Space Research Organization (ISRO) sejak tahun 1995 hingga saat ini.
Kerja sama ini berawal dari keinginan Pemerintah India untuk membangun stasiun bumi Tracking, Telemetri & Command (TT&C) bagi peluncuran Geostationary Satellite Launch Vehicle (GSLV) di Biak, Papua. Rencana ini disambut baik oleh Pemerintah Indonesia.
Melansir dari laman brin.go.id, Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama BRIN, Mila Kencana mengatakan bahwa Kerja sama ini terus berlanjut hingga di tahun 2018 Pemerintah Indonesia dan Pemerintah India meningkatkan kerja sama dengan menandatangani Framework Agreement tentang Kerja sama Eksplorasi dan Pemanfaatan Luar Angkasa untuk Tujuan Damai.
Hal tersebut disampaikan Mila dalam kunjungan Delegasi Interkementerian ke Stasiun Bumi Biak (28/11/2023) yang dihadiri oleh perwakilan dari beberapa Direktorat di Kementerian Luar Negeri, Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara, dan Ditjen IKP Kementerian Kominfo.
“Jadi kerja sama ini sudah cukup lama dan memang harapannya dengan penyatuan BRIN ini, dengan modal SDM yang cukup besar dengan modal infrastruktur yang sangat besar, secara finansial juga funding seharusnya kita sudah bisa mengambil alih sebagaimana yang direncanakan dari tahun 1995,” tutur Mila.
Naskah Transfer Agreement dan IA Further Use saat ini sedang dalam tahap persetujuan internal oleh Pemerintah India melalui ISRO dan direncanakan akan segera ditandatangani.
“Mudah-mudahan Indonesia nanti ke depan bisa menyiapkan SDM yang bisa mendapatkan transfer knowledge dari tenaga ahli yang selama ini adalah dari India,” tambahnya.
Mila menjelaskan bahwa banyak manfaat yang akan didapatkan dari kerja sama ini, salah satunya adalah pengalihan kepemilikan Stasiun bumi di Biak dari ISRO ke BRIN dapat segera terwujud.
“Jadi ini hal yang sangat fundamental dan krusial karena memang seharusnya demikian kerjasama jadi ada yang kita dapatkan secara keberlanjutan dan Indonesia sudah mampu,” jelas Mila.
Selain itu ISRO juga akan memberikan layanan peluncuran satelit dengan menggunakan wahana miliknya.
“Ada dua satelit buatan BRIN yang tidak dikenakan biaya, kemudian tentunya tidak kalah penting adalah bagaimana peningkatan kemampuan SDM riset maupun peneliti dan perekayasa atau teknisi,” lanjut Mila.
Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi, Salim Mustofa mengatakan bahwa progress kerja sama ini sendiri sudah sampai dalam tahap penandatanganan yang direncanakan akan dilakukan secepatnya.
Posisi Biak dianggap strategis bagi India untuk bisa memuluskan dan melancarkan kegiatan peluncuran roket mereka maupun juga untuk mentracking satelit yang diluncurkan.
“Diharapkan melalui Biak ini kegiatan penerimaan data satelit bisa mencover 20% dari wilayah ASEAN, ini sudah masuk dalam grand design ISRO dan India kedepannya,” terang Salim.
Salim menjelaskan, selama ini semua dikelola sepenuhnya oleh ISRO. Namun, apabila sudah ditanda tangani nanti, maka sejak saat itu pengoperasian dan pengelolaan akan dikelolakan secara bertahap oleh BRIN dengan masa transisi selama 3 tahun.
“Sejak ditanda tangani nanti, BRIN harus menyiapkan SDM untuk di training oleh tenaga ahli dari ISRO, kemudian setelah 3 tahun akan diserahkan sepenuhnya kepada BRIN,” lanjut Salim.
Dikatakan Salim, ada juga kerja sama terkait litbang dibidang teknologi ruang angkasa, capacity building terkait teknologi ground station, dan Master Degree, Doctoral Degree di bidang teknologi space. Tahun 2022 dan 2023 India telah membuka beberapa program training dan sedang dipelajari agar bisa link dengan program yang ada di BRIN.
“Setelah ditanda tangani 3 dokumen kerja sama maka tugas BRIN menjadi lebih berat, pengelolaan stasiun bumi oleh BRIN dan ISRO sebagai klien,” ujar Salim.
Menutup paparannya Salim mengatakan bahwa potensi terkait bisnis pengamatan atau tracking satelit ini kedepannya cukup bagus dan bisa menjadi profit bagi BRIN kedepan. (Sumber brin.go.id)