Mengenal Fenomena Embun Es Dieng, Apa Dampaknya Bagi Kehidupan?

TechnologyIndonesia.id – Fenomena embun es (frost) di Dieng, Jawa Tengah merupakan salah satu aspek cuaca yang menyita perhatian serius bagi kalangan ilmuwan, praktisi cuaca, dan masyarakat.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan bahwa cuaca dan iklim merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari, dan peristiwa-peristiwa ekstrem seperti embun es (frost) memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor kehidupan.

Ardhasena menyampaikan hal tersebut saat mewakili Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam seminar ilmiah bertajuk ‘Mengenal Fenomena Embun Es Dieng: Kemunculan dan Dampaknya’, pada Selasa (28/11/2023).

Pada seminar ilmiah ini disampaikan hasil pengamatan frost dan temperatur minimum komprehensif di wilayah Dieng, Jawa Tengah sejak tahun 2020. Pengamatan dilakukan dengan memasang peralatan AWS di wilayah Candi Arjuna.

Fenomena embun es muncul saat suhu udara sangat dingin dan embun yang terkondensasi membeku. Akibatnya, lapisan es yang muncul akan menutupi tumbuhan dan permukaan tanah.

Fenomena embun es berlangsung pada periode waktu terbatas, terutama saat musim kemarau (Juni – Oktober). Walaupun Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim hangat (warm climate), frost dapat terjadi pada wilayah dataran tinggi apabila beberapa kondisi cuaca terpenuhi.

“Fluktuasi kejadian fenomena embun es Dieng ini diperkirakan juga dipengaruhi oleh adanya fenomena iklim global seperti El Nino dan La Nina serta adanya perubahan iklim,” ujar Ardhasena.

Di sisi lain, akibat cuaca ekstrem yang menghasilkan embun es di dataran tinggi Dieng, Ardhasena berujar fenomena ini memiliki dampak negatif yang perlu dipertimbangkan.

Pada sektor pertanian, menyebabkan tanaman menjadi layu, mati dan mengering. Fenomena ini juga berdampak pada kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat.

Namun, di balik dampak buruknya, fenomena frost meninggalkan keunikan yang dapat dijadikan wisata bagi masyarakat.

“Jika fenomena kemunculan embun es ini dapat dikelola dan dipromosikan dengan baik, dapat menjadi potensi wisata unik di Dieng yang dapat mendatangkan lonjakan kunjungan wisatawan yang signifikan dan meningkatkan perekonomian lokal,” ungkap Ardhasena.

Senada, Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Manajemen Krisis, Fadjar Hutomo menyampaikan bahwa fenomena embun es yang terjadi pada waktu terbatas di musim kemarau bisa mengakibatkan lonjakan wisatasan yang signifikan pada periode-periode tertentu.

‘Pariwisata di indonesia utamanya memang keindahan yang dijual, tapi itu saja tidak cukup, pariwisata tidak hanya tentang keindahan tapi juga tentang keamanan” imbuhnya.

Sementara itu PJ. Bupati Banjarnegara Tri Harso Widirahmanto dalam sambutannya yang diwakilkan oleh Kepala Baperlitbang, Yusuf Agung Prabowo menyampaikan, kawasan Dataran Tinggi Dieng dianugerahi potensi alam yang melimpah.

Jika dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Kawasan dataran tinggi Dieng telah ditetapkan sebagai warisan geologi atau geoheritage di tahun 2022 oleh Kementerian ESDM.

Kawasan Dataran Tinggi Dieng dalam proses pengusulan menjadi kawasan geopark nasional. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terus berupaya mengembangkan potensi wisata.

“Pemanfaatan informasi dan layanan BMKG perlu dimaksimalkan untuk mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Dieng secara berkelanjutan,” jelasnya.

Plt. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Rahmat Triyono menyampaikan, pelaksanaan seminar ini bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif, Pemda Banjarnegara serta Dinas Pariwisata Dieng.

Informasi terkait kemunculan fenomena embun es dapat dimanfaatkan oleh sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah Banjarnegara dan sekitarnya. Tujuannya mempromosikan daya tarik wisata embun es (frost) di Dieng dengan layanan informasi cuaca/iklim pada sektor Pariwisata dalam mendukung peningkatan kunjungan wisata.

“Tujuan lainnya memaksimalkan pemanfaatan informasi dan layanan BMKG guna mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Dieng yang berkelanjutan” tutup Rahmat.

Rangkaian acara seminar juga diisi dengan site visit dan pertemuan dengan komunitas pariwisata di Candi Arjuna Dieng, untuk melakukan diskusi lebih lanjut terkait fenomena frost dengan potensi peningkatan pariwisata di Dieng.

Harapannya melalui seminar ini, ahli meteorologi dan klimatologi, perwakilan pemerintah daerah terkait, pemerhati lingkungan, masyarakat setempat, serta media massa terkait peristiwa cuaca, bersama-sama mendorong pengembangan ekowisata di wilayah Dieng yang berkelanjutan.

Sehingga diharapkan mampu memaksimalkan pemberdayaan masyarakat lokal, pembangunan infrastruktur pariwisata yang ramah lingkungan, dan edukasi terkait pentingnya pelestarian lingkungan Dieng. (Foto bnpb.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author