BRIN Tekankan Pentingnya Mitigasi Kepunahan Spesies

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Profesor riset bidang konservasi keanekaragaman hayati Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hendra Gunawan mengatakan fragmentasi hutan yang merupakan pemecahan habitat, ekosistem, atau tipe penggunaan lahan menjadi bidang-bidang yang lebih kecil ibarat “silent killer” penyebab kepunahan satwa.

Hendra menyampaikan hal tersebut saat Focus Group Discussion Biodiversity Management Plan (BMP) PLTA Upper Cisokan Pumped Storage (UCPS), yang diselenggarakan PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah, di Hotel Malaka Bandung (15/9/2023).

“Biasanya, perhatian orang lebih fokus pada kehilangan dan penurunan kualitas habitat karena dampaknya lebih mudah terlihat langsung. Sebaliknya, fragmentasi jarang diperhatikan karena berdampak jangka panjang dan lambat. Ini menjadikan fragmentasi habitat disebut sebagai “silent killer” karena dampaknya baru terlihat setelah bertahun-tahun, ketika satwa liar yang terdampak telah punah,” tutur Hendra.

Terkait rencana pengelolaan satwaliar di Biodiversity Important Area (BIA) seluas 3.850 hektare di PLTA UCPS, Hendra mengapresiasi BMP yang sudah mengantisipasi dampak fragmentasi habitat melalui rencana pembangunan koridor-koridor satwa di zona dua.

“Koridor satwa diperlukan untuk habitat yang terpotong oleh infrastruktur atau genangan air saat pembangunan PLTA UCPS. Misalnya, untuk perlintasan mamalia terestrial, mamalia arboreal, reptil, amfibia, atau biota air. Perlintasan ini dapat berupa jembatan ekologi (ecobridge), terowongan (tunnel), gorong-gorong (culvert), jembatan tajuk (canopy bridge), perosotan (slide), dan underpass atau jalan layang (fly over),” rinci Hendra.

Sementara itu, Teguh Husodo mewakili Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan Universitas Padjadjaran dalam paparannya menyebutkan terdapat 8 spesies satwa dilindungi ditemukan di BIA UCPS selain beberapa spesies flora langka.

“Berdasarkan hasil survey dan monitoring, kami menemukan beberapa jenis satwa dilindungi di lokasi seperti meong congkok, pelanduk kancil, macan tutul jawa, trenggiling, lutung surili, lutung kodeng, owa jawa, dan kukang, selain beberapa spesies tumbuhan langka seperti Cyathea contaminans, Bischofia javanica, dan Castanopsis javanica,” ungkapnya.

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah, Djarot Hutabri EBS saat membuka acara menjelaskan PLTA UCPS merupakan PLTA pumped storage pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara dengan kapasitas 1.040 MegaWatt yang pembangunannya didukung oleh World Bank.

“Pembangunan infrastrukturnya dimulai sejak 2023 dan direncanakan sudah beroperasi pada 2030. Dalam proses pembangunannya PLN akan memperhatikan prinsip-prinsip ramah lingkungan dan pelestarian biodiversitas,” tuturnya.

Dia berharap proyek nasional ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk lembaga riset dan inovasi.

“Pembangunan PLTA UCPS ini merupakan wujud nyata komitmen kami dalam mendukung agenda dekarbonisasi Indonesia, yaitu pembangunan fasilitas penyimpanan energi yang memungkinkan integrasi sumber energi terbarukan ke dalam jaringan tenaga listrik,” pungkasnya. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author