Pertanian Cerdas Iklim Inovatif, Strategi Hadapi Perubahan Iklim

Bogor, Technology-Indonesia.com – Sektor pertanian saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan. Sumberdaya lahan dan air yang makin terbatas, adanya fenomena perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu, munculnya iklim ekstrem serta terjadinya pergeseran pola musim dan curah hujan telah menjadi ancaman bagi upaya peningkatan produksi pertanian.

Kementerian Pertanian telah merumuskan langkah terobosan berupa inovasi teknologi, dukungan kebijakan yang dikemas dalam konsep sistem pertanian Maju, Mandiri dan Modern. Seperti yang disampaikan oleh Prof (R) Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si dalam orasi pengukuhannya sebagai Profesor Riset Kementerian Pertanian bidang budidaya dan produksi tanaman di Bogor pada Selasa (25/1/2022).

Dalam orasinya, Fadjry memaparkan mengenai pertanian cerdas iklim inovatif berbasis teknologi budidaya adaptif menuju pertanian modern berkelanjutan. Fadjry menawarkan konsep Pertanian Cerdas Iklim Inovatif (PCII) yang merupakan pengembangan dari Climate Smart Agriculture yang dicetuskan FAO pada 2013.

“PCII disesuaikan dengan tantangan riil kondisi pertanian Indonesia saat ini, perkiraan keadaan ke depan, serta diperkaya dengan berbagai inovasi teknologi budidaya hasil penelitian di berbagai lokasi dan agroekosistem Indonesia, dan didukung Sistem Informasi Iklim dan Tanaman (SICIT),” jelasnya.

Fadjry juga merekomendasikan agar konsep Riset dan Pengembangan Inovatif dan Kolaboratif (RPIK) yang telah dikembangkan Balitbangtan sejak 2020 dapat dijadikan pembuka jalan untuk mempercepat hilirisasi penerapan PCII.

“Konsep PCII pada dasarnya juga sangat relevan dengan beberapa program strategis Kementerian Pertanian, terutama program Food Estate pada lahan rawa dan lahan kering, serta lahan kering beriklim kering,” lanjutnya.

Dalam konteks kebijakan, Fadjry menjelaskan bahwa model PCII dapat diposisikan sebagai konsep atau sekaligus strategi dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan pembangunan pertanian lainnya.

Selain itu, PCII dapat memperkuat berbagai program strategis Kementerian Pertanian yang relevan seperti food estate, ketahanan pangan, termasuk komitmen internasional dalam menghadapi perubahan iklim.

“Selain itu juga penguatan kelembagaan dan korporasi petani, serta kerjasama antara Kementan dengan berbagai lembaga penelitian serta perguruan tinggi dalam pengembangan dan penerapan PCII,” ungkapnya.

Fadjry yang terakhir menduduki jabatan struktural sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) ini merupakan profesor riset ke 159 di lingkup Kementerian Pertanian dan profesor riset ke 630 tingkat nasional.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya memberikan apresiasi atas gagasan Profesor Fadjry ini dan mengharapkan peneliti lainnya juga untuk memberikan karya terbaiknya.

“Saya juga mengharapkan seluruh peneliti dapat turut aktif berkontribusi pada perencanaan program dan kebijakan serta implementasi pembangunan pertanian di Indonesia,” tutur Mentan.

Menurut Mentan Syahrul menjadi seorang profesor sangat penting dan strategis, bisa memperkuat makna dan arti litbang bagi bangsa dan negara, serta bagi kehidupan hari ini dan esok.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author