Teknologi Pangan Harus Implementatif

Pangan 

Teknologi meningkatkan produksi tanaman pangan dalam kondisi iklim yang berubah saat ini sudah banyak diciptakan namun implementasinya belum banyak dirasakan petani.

Teknologi dari berbagai institusi seperti BPPT dengan Teknologi Modifikasi Cuacanya atau model iklim cerdas  untuk adaptasi perubahan iklim bidang pertanian dari ITB secara signifikan telah membantu untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan.

Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT pernah melakukan pengisian waduk irigasi melalui hujan buatan atau model iklim cerdas bisa membantu petani dalam pola tanam yang bisa dilakukan per harinya. Pola modeling iklim ini sudah diterapkan di Cianjur dan Indramayu.

Meski demikian secara keseluruhan menurut Kasubdit (PLH) Dampak Perubahan Iklim Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian banyak teknologi yang implementasinya untuk petani di lapangan dipertanyakan.

“Memberikan teknologi baru dalam meningkatkan produksi petani tidak semudah membalikkan tangan. Sebaiknya peran teknologi itu bisa mengikuti pola pikir petaninya,” kata Gatot usai Seminar Adaptasi Perubahan Iklim dan Bencana Terhadap Ketahanan Pangan Dalam Rangka Pencapain Target Surplus 10 Juta Ton Beras Tahun 2004 di Jakarta, Selasa (20/3).

Di masyarakat,  teknologi tepat guna akan sangat membantu para petani seperti yang dilakukan Kementerian Pertanian dengan menyediakan sarana prasarana yang bisa meningkatkan produktivitas. Apalagi jika dikaitkan dengan adanya perubahan iklim saat ini dimana sektor pertanian adalah salah satu korban dampak perubahan iklim tersebut.

Sementara Poppy dari Balitbang Kementerian Pertanian, mengatakan pihaknya telah melakukan penerapan teknologi inovasi adapatasi perubahan ikilm. Diantaranya Geo Scanner yang sudah diterapkan daerah-daerah yang bisa membantu para petani dalam mendeteksi ketersediaan air.

“Kami juga sudah menyebarkan informasi kalender tanam ke seluruh Indonesia dan menerapkan adaptasi  penyesuaian teknologi seperti membuat sumur –sumur yang disesuaikan dengan kondisi tanah. Kita juga sudah menyiapkan varietas padi yang tahan kekeringan dan tahan rendaman,” kata Poppy.

Target 10 juta ton

Disisi lain pemerintah yang menargetkan surplus 10 juta pada 2014, ditanggapi optimis oleh Gatot Ari Putranto namun dengan catatan. Asalkan disertai dengan penambahan areal sawah dan perbaikan irigasi target itu kemungkinan bisa tercapai.

“Semua pihak yang terkait dengan beras selain Kementan seperti PU, BPN harus bersinergi kerja keras untuk mencapai 10 juta ton. Karena sebenarnya tidak mudah mendapatkan 10 juta ton dengan areal persawahan yang ada serta kondisi irigasi penunjang yang kurang memadai,” tutur Gatot.

Saat ini menurut data BPS 2011 produksi padi Indonesia  65.8 juta ton,  Gatot menyebut jumlah itu boleh dibilang sudah bisa mencukupi kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Namun jika ingin meningkatkan produksi hingga 10 juta tahun pada 2014 maka perlu dukungan dari berbagai pihak.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author