JAKARTA – Kementeriaan Pertanian (Kementan) dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), hari ini bertekad mempercepat perwujudan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani dengan cara membumikan riset strategis. Kesepakatan ini melibatkan tiga lembaga riset yaitu BATAN, LIPI, dan BPPT.
Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian, Muhammad Syakir mengatakan kesepakatan ini merupakan tindaklanjut dari harapan Presiden RI, Joko Widodo yang menyampaikan dalam berbagai kesempatan, bahwa pembangunan pertanian di Indonesia harus berbasis riset dan inovasi teknologi agar bisa bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani.
“Pada Februari 2016, semua sepakat untuk bersama-sama mempersembahkan riset dan inovasi yang bermanfaat bagi rakyat,” kata M. Syakir dalam konferensi pers di Gedung Balitbangtan, Jakarta, pada Rabu (1/6/2016). Pertemuan ini, lanjutnya, dalam rangka tindaklanjut kesepakatan yang sudah berjalan secara baik serta untuk memperbaharui tekad-tekad yang ada supaya lebih membumikan riset strategis untuk kesejahteraan petani.
Menurut M. Syakir, ada tiga poin yang telah disepakati. Pertama, bersama-sama melakukan riset dasar dan riset strategis yang mencakup kedaulatan pangan, kemandirian energi, dan peningkatan nilai tambah, termasuk di dalamnya pengolahan lahan suboptimal.
Kedua, teknologi-teknologi yang sudah ada, khususnya varietas unggul yang mendukung swasembada padi, jagung, dan kedelai (pajale) termasuk gula serta ternak maupun teknologi pendukungnya akan dimanfaatkan bersama-sama untuk percepatan pengembangan di tingkat petani. Ketiga, bersama-sama melakukan pengembangan penerapan teknologi di daerah perbatasan Indonesia.
“Khusus poin ketiga akan diadakan pertemuan kembali untuk lebih mendetailkan konkrit-konkrit apa yang dilakukan. Akan tetapi kita sudah memiliki mapping karakteristik daerah-daerah perbatasan, ekosistem, sosial budaya, ekonomi, dan aksebilitasnya. Kondisi-kondisi ini yang mewarnai inovasi apa yang dibutuhkan untuk mendorong bagaimana pengembangan komoditas mampu secara signifikan meningkatkan kesejahteraan daerah perbatasan,” terang M. Syakir.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati mengatakan kerjasama ini untuk menegaskan kembali implementasi Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang sudah berjalan. Untuk bidang pangan dan pertanian, dalam rangka mendorong kemandirian daging, dimulai dengan menerapkan hasil-hasil riset di 22 UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang fokus di ternak, pembibitan dan pakan.
“Kita juga akan menerapkan hasil-hasil riset yang mendukung swasembada padi, jagung, dan kedele di 11 provinsi. Penerapan itu merupakan integrasi hasil-hasil riset dari perguruan tinggi, LPNK, dan Lembaga litbang,” kata Dimyati.
Kesepakatan ini, menurutnya bisa menjawab keresahan yang terjadi bahwa sinergitas antar institusi selama ini dianggap tidak terwujud. “Ini salah satu bukti bahwa kita mulai mensinergikan hasil-hasil riset di bidang fokus pangan dan pertanian. Di bidang lain juga akan kita usahakan seperti itu,” kata Dimyati
Sementara itu, Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe mengatakan semua pihak harus melakukan berbagai inovasi-inovasi untuk memperkuat swasembada. “Yang harus kita lakukan adalah bagaimana inovasi atau teknologi bisa mempercepat proses swasembada/produktifitas dan memberi nilai tambah,” ungkap Jumain.
Menurutnya, peranan pemerintah daerah sangat penting dalam memberikan iklim kondusif terhadap pengembangan pertanian berbasis inovasi. Petani sebagai obyek yang sangat vital juga harus ditingkatkan juga kemampuannya. Karena itu, lanjut Jumain, perguruan tinggi harus berperan dalam mendorong peningkatan produktivitas dan mendorong potensi yang ada di daerah.
“Inovasi adalah kegiatan yang harmoni dan sinergi supaya terjadi proses keluar dari pola pikir secara bersama-sama untuk mencapai suatu pertanian yang maju dan modern,” pungkas Jumain.