Jajar Legowo untuk Tumpangsari Jagung dan Kedelai

jagung-kedelai
Untuk meningkatkan produktivitas di tengah ketersediaan lahan yang terbatas, Balitbang Pertanian menawarkan metoda jajar legowo untuk tumpangsari jagung dan kedelai. Metode ini diharapkan juga bisa berkontribusi meningkatkan produksi jagung dan kedelai secara bersamaan, kata Kepala Puslitbang Tanaman Pangan Balitbang Pertanian Made Jana Mejaya.              

Made menjelaskan, keterbatasan luas lahan dan masih rendahnya produktivitas jagung di tingkat petani menyebabkan usahatani jagung menjadi tidak optimal. Seiring kemajuan teknologi, model pertanaman tumpangsari (intercrop) banyak mendapat perhatian. ‘’Salah satu diantaranya adalah tumpangasri jagung dengan tanaman kedelai pada sistem tanam legowo,’’ tegasnya.

Tumpangsari jagung-kedelai juga bertujuan untuk mengatasi persaingan penggunaan lahan untuk tanaman jagung dan kedelai secara monokultur. Mengingat bahwa harga jagung relatif baik dan keunggulan koparatif tanaman jagung relatif lebih tinggi dibanding tanaman kedelai, maka dalam sistem tumpangsari  jagung-kedelai, produktivitas tanaman jagung minimal sama dengan tanpa tumpangsari.

Kombinasi tumpangsari jagung-kedelai dapat diterapkan pada sistem tanam legowo 2 : 1 dimana dua baris tanaman dirapatkan (jarak tanam antar baris), sehingga antara setiap dua baris tanaman terdapat ruang untuk pertanaman kedelai. Tingkat produktivitas jagung diperoleh pada pertanaman legowo tidak berbeda bahkan cenderung lebih tinggi (karena adanya pengaruh tanaman pinggir/border) dibanding pertanaman baris tunggal (tanam biasa).

Ruang kosong pada baris legowo dapat ditanami 2 baris tanaman kedelai tanpa menurunkan produktivitas jagung sehingga terjadi peningkatan indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelai yang ditanam di antara tanaman jagung akan diperoleh 50% dari hasil kedelai yang ditanam sistem monokultur. Penanaman tanaman kedelai sebagai tumpangsari pada tanaman jagung juga dapat memperbaiki kesuburan lahan karena adanya fiksasi N dibanding sistem monokultur jagung.

Sistem tumpangsari jagung-kedelai menggunakan cara tanam legowo dapat diterapkan pada lahan sawah maupun lahan kering dengan tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan sumber air yang cukup. Mengingat maksud penanaman sistem logowo ini bukan semata untuk meningkatkan hasil, maka penerapannya diutamakan dan dikaitkan dengan upaya peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung. Dengan peningkatan IP maka hasil panen dapat meningkat dan pengelolaan lahan menjadi lebih produktif.

You May Also Like

More From Author