Sagu Sebagai Sumber Pangan Nasional

Sagu merupakan sumber pangan asli Indonesia dengan persediaan yang melimpah. Sagu memiliki kandungan karbohidrat tinggi 87,4% dan rendah kadar gula. Sayangnya, pemanfaatan sagu sebagai sumber pangan nasional masih kalah jauh dengan beras.

Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, Listyani Wijayanti mengungkapkan, saat ini, tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia berjumlah 130 kg per kapita/ tahun. Sementara tingkat konsumsi beras dunia rata-rata 60 kg per kapita/ tahun.

Menurut Listyani, pencapaian swasembada beras menghadapi berbagai ancaman. Konsumsi beras makin meningkat seiring pertambahan penduduk. Belum lagi alih fungsi lahan persawahan untuk kepentingan lain seperti pemukiman, fasilitas umum, dan industri.

Ketersediaan air untuk persawahan juga menghadapi ancaman dengan meningkatnya kebutuhan air untuk rumah tangga dan industri. “Ancaman lain, adanya gangguan akibat perubahan iklim seperti bencana banjir dan kekeringan yang mengakibatkan gagal panen,” ujar Listyani, di acara Talkshow Festival Pangan Sagu Nusantara 2014, (3/5).

Masalah di atas, tambah Listyani, mengakibatkan kebutuhan yang tinggi untuk mengembangkan sumber pangan lain yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Salah satu potensi sumber pangan lain adalah sagu.

Saat ini, BPPT sedang bersinergi dengan Dirjen Perkebunan, Kementerian Perindustrian dan Pemerintah Daerah Sorong Selatan, mengembangkan pilot project untuk pemberdayaan UKM produksi pati sagu di Dusun Sayal Kabupaten Sorong Selatan serta pengembangan produsen produk pangan dari sagu.

“Dengan pilot project ini diharapakan konsep pengembangan sagu (khususnya di Papua) dapat digunakan sebagai referensi pola pemberdayaan UKM sagu dan pola kerjasama petani dan pengusaha secara nasional,” ujar Listyani.

Menurut Listyani ada tiga kunci utama dalam pengembangan sagu di Indonesia. Pertama, harus ada industri setingkat perusahaan untuk mengelola sagu. Kedua, hilirisasi pengolahan sagu dan memperkaya varian-varian sagu. Ketiga, mendorong masyarakat untuk menyukai pangan dari sagu.

Listyani mengingatkan agar pemangku kebijakan terkait segera menaikkan pamor sagu, meningkatkan produksi sagu, dan mengembangkan industrinya dengan intervensi teknologi.

“Kita harus waspada agar produk sagu tidak ‘dicuri’ atau dikembangkan oleh negara lain. Konon Malaysia telah mengembangkan gula berbasis sagu dengan rendemen mendekati 100 persen. Untuk itu, mari kita berkolaborasi melakukan riset antara akademisi, bisnis, dan pemerintah (ABG) dalam pengembangan sagu,” tutup Listyani. Sumber Humas BPPT

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author