Riset dan Inovasi Tingkatkan Daya Saing Anggrek dan Pacar Air

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tanaman hias seperti anggrek berkembang pesat di Indonesia. Sayangnya, pasar Indonesia masih dibanjiri bibit anggrek impor dari Thailand dan Taiwan. Untuk menekan bibit anggrek impor diperlukan varietas-varietas baru dalam negeri yang mampu bersaing dengan produk luar negeri.

Hibrida baru diharapkan bermanfaat untuk mengurangi impor benih dari luar negeri dengan menggerakkan industri perbenihan yang berdampak pada ekonomi nasional. Untuk itu diperlukan energi dan kuantitas dengan beragam karakter dalam skema persilangan sistematis pada program pemuliaan secara berkesinambungan agar dapat menjamin penyediaan varietas anggrek.

Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari menuturkan hal tersebut saat memberikan sambutan pada acara HortiEs Talk #3 bertajuk Riset dan Inovasi Anggrek dan Impatiens untuk Peningkatan Daya Saing dan Ekspor pada Rabu (29/3/2023).

Puji menyampaikan, selain anggrek, tanaman hias impatiens atau pacar air yang banyak terdapat di pasar internasional merupakan salah satu spesies tanaman hias komersial yang dapat hidup selama satu tahun di daerah beriklim sedang, namun di dalam negeri belum berkembang dengan baik, sehingga impor menjadi permasalahan pengembangan impatiens.

Riset dan inovasi pada tanaman anggrek dan impatiens diharapkan dapat mengoptimalkan perkembangan tanaman anggrek dan impatiens di dalam negeri sekaligus dapat mendukung sektor ekonomi.

“Kita berharap dengan adanya HortiEs Talk ini, peserta mendapatkan informasi dan pengalaman dari para narasumber yang ahli dibidangnya terkait pemuliaan anggrek Phalaenopsis tipe baru dengan harapan dapat dihasilkan inovasi varietas baru yang adaptif, memiliki nilai tambah dan meningkatkan peluang ekspor,” ungkap Puji.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) BRIN Dwinita Wikan Utami, mengatakan bahwa ragam kekayaan florikultura di Indonesia sangat banyak terutama untuk menjamin kelangsungan industri.

Konservasi keanekaragaman, beberapa kendala dalam praktek budidaya dan penanganan produk hasil panen pada industri florikultura di Indonesia masih memerlukan dukungan regulasi oleh pemerintah.

“Dua komoditas hortikultura yang saat ini tengah dilakukan riset oleh PRHP BRIN adalah komoditas anggrek dan impatiens, baik melalui pendanaan internal maupun eksternal. Dengan adanya acara sharing session ini, semoga mendapatkan masukan yang bermanfaat untuk perkembangan riset ataupun industri yang mendukung di bidang florikultura,” harap Dwinita.

Peneliti PRHP BRIN Dedeh Siti Badriah dalam presentasinya berjudul “Pemuliaan Anggrek Phalaenopsis Tipe Baru” menyampaikan bahwa sebagai salah satu daerah penyebaran anggrek, Indonesia memiliki kekayaan alam dengan ragam plasma nutfah. Diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia.

“Spesies anggrek yang berasal dari Indonesia telah digunakan oleh para pemulia anggrek di berbagai negara untuk menghasilkan hybrid unggul. Penyediaan hibrida baru sangat bermanfaat untuk mengurangi impor benih dari luar negeri, dan menggerakkan kegiatan industri yang berdampak terhadap tumbuhnya perekonomian nasional,” terang Dedeh.

Lebih lanjut Dedeh mengungkapkan bahwa Phalaenopsis menyumbang 75% dari seluruh anggrek di pasar dunia yang kebanyakan digunakan untuk bunga pot. Anggrek Phalaenopsis dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu tipe standar: dengan bunga yang besar dan jumlahnya banyak, multi flora: adanya percabangan dan tipe baru: muncul keragaman yang sangat beragam dari kelopak dan petalnya.

Kelompok-kelompok tersebut dapat dihasilkan dari hibridisasi interspesifik dan intergenetik dengan menggunakan spesies atau varietas yang ditargetkan.

Phalaenopsis tipe baru diproduksi terutama untuk pasar penghobi dan pemulia anggrek. Salah satu jenis kebaruan yang paling menonjol dari Phalaenopsis dan Harlequin adalah munculnya bercak-bercak besar yang menyatu dengan warna yang menonjol pada dasar bunga,” ungkap Dedeh.

Mawaddah Peneliti PRHP BRIN lainnya mengatakan bahwa tanaman impatiens sangat diminati pasar internasional. Beberapa hal yang membuat tanaman impaties diminati pasar internasional adalah berbunga sepanjang tahun di daerah yang beriklim sedang, warna bunganya yang indah, perawatannya tergolong mudah, dan banyak dimanfaatkan untuk agrowisata maupun untuk menjaga kelestarian lingkungan.

“Perkembangan pembenihan impatiens di dalam negeri belum berkembang dengan baik, bisa kita lihat di beberapa perdagangan online di Indonesia masih banyak toko-toko yang menjual bibit-bibit impatiens asal impor. Impatiens yang tersebar di Indonesia salah satunya berasal dari impor perusahaan benih PanAmerika. Pada masa pandemik terjadi pemberhentian impor impatiens ke Indonesia oleh produsen, dan ini merupakan peluang bagi periset-periset di dalam negeri,” jelas Mawaddah.

Dirinya juga mengatakan, potensi lahan untuk pengembangan komoditas hortikultura tersebar hampir di setiap wilayah kepulauan, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ditopang oleh pengembangan jenis dan varietas komoditas komersil. Petani harus menjadi bagian dari rantai pasok dan mitra strategis dengan prinsip kerjasama yang saling menguntungkan.

“Tersedianya inovasi oleh periset-periset di bidang hortikultura ini menjadikan terbukanya peluang pasar baik dalam dan luar negeri khususnya untuk produk impatiens yang pada akhirnya dapat menjadi solusi dalam meningkatkan kesejahteraan,” pungkas Mawaddah. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author