Golden Agri-Resources (GAR) : Mengelola Perkebunan Sawit Lestari

Terhitung sampai 31 Desember 2012, GAR mengelola 463.400 hektar lahan perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari 157 kebun yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari total area tanam, kebun milik GAR (inti) tercatat seluas 366.900 hektar dan kebun milik petani (plasma) 96.500 hektar. Sepanjang 2012 berhasil melakukan penanaman kembali 3.900 hektar kebun tua. Dan juga sedang dalam proses akuisisi 16.000 hektar lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yang ditargetkan selesai pada tahun 2013.

Operasional perusahaan dalam skala besar sangat didukung oleh pusat penelitian dan pengembangan kelapa sawit kelas dunia (SMART Reserch Institute atau “SMARTRI”) dan manajemen perkebunan yang unggul, sehingga kualitas terbaik perkebunan senantiasa terjaga. Penanaman pada tahun-tahun belakangan ini juga telah memanfaatkan benih Dami Mas dengan produktifitas tinggi, yang akan menjamin pertumbuhan produksi GAR di masa mendatang.

Sebagai kelompok usaha minyak sawit terkemuka yang berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi, pendekatan GAR yang menyeluruh untuk pengembangan perkebunan secara berkelanjutan terdiri dari Kebijakan Konservasi Hutan (KKH), Kebijakan Sosial dan Keberperanan Komunitas (Sosial and Community Engagement Policy (SCEP) dan Kebijakan Peningkatan Produktifitas (Yield improvement Policy (YIP).

Kebijakan Konservasi Hutan, sesuai dengan tujuan KKH untuk memastikan bahwa operasi minyak sawit tidak memiliki rekam jejak deforestasi,  berkomitmen untuk melestarikan hutan stok karbon tinggi (SKT) dan menggalakkan penerapan konservasi hutan SKT dalam industry sawit.

Pada tanggal 13 Maret 2013 peluncuran sebuah proyek pilot konservasi hutan SKT selama 12 bulan di PT Kartika Prima Cipta (PT KPC), Kalimantan Barat. Proyek pilot ini merupakan tindak lanjut penerbitan Laporan Studi Hutan Stok Karbon Tinggi oleh GAR dan SMART, bekerja sama dengan The Forest Trust (TFT) dan Greenpeace (Tim)

Peningkatan Produktifitas GAR dan Plasma

Diluncurkan pada Februari 2012, kebijakan peningkatan produktifitas yang dikembangkan bersama TFT. Dengan kebijakan tersebut hasil panen per hektar rata-rata CPO 5,8 ton di kebun sendiri (inti) dan 5.6 ton per hektar pada plasma dalam capaian produksi tahun 2015.

Dari pohon sawit yang telah mencapai umur dewasa 7 sampai 18 tahun. Angka itu naik 12% dari produksi rata-rata CPO yang dicatat GAR dan petani plasma pada tahun 2010. Di tahun 2012, produksi CPO GAR mencapai 5,26 ton per hektar, lebih tinggi dari rata-rata produksi CPO Indonesia sebesar 4,14 ton per hektar. Kerja sama GAR dengan petani plasma secara berkesinambungan juga menunjukan hasil yang mengembirakan, dengan produksi CPO dari petani plasma mencapai 5,51 ton per hektar.

Produktivitas GAR secara konsisten melebihi rata-rata industry terutama karena terus mengembangankan praktik terbaik dalam menggunakan bahan tanam unggulan, praktik agronomi terkini, dan sistem managemen kebun terbaik.
Berkomitmen untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan karena praktik-praktik terbaik terus berkembang dan mengadopsi pendekatan pembelajaran terbuka untuk mengembangkan dan membagi pembelajaran terkait perkembangan tersebut dengan petani plasma.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author