Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai menggalakkan program Ugadi (Udang Galah Bersama Padi) yang merupakan pengembangan dari Minapadi. Budidaya udang galah dengan mengoptimalkan fungsi lahan sawah irigasi ini merupakan salah satu langkah meminimalisasi alih fungsi lahan.
“Melalui metode ini diharapkan alih fungsi lahan sawah dapat berkurang dan dapat meningkatkan produktivitas pembudidaya serta mewujudkan kedaulatan pangan nasional,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), Achmad Poernomo dalam kegiatan tebar benih udang galah GI Macro II pada UGADI di Dusun Ngelo, Desa Harjibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada kamis (12/3).
Udang galah GI Macro II (Genetic Improvement of Macrobrachium rosenbergii II) merupakan hasil pemuliaan udang galah melalui seleksi individu yang dilakukan oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi, Jawa Barat. Pemuliaan ini menghasilkan udang galah yang bebas dari virus MrNV. GI Macro II tumbuh lebih cepat baik pada fase pembenihan maupun pembesaran. Karena prosedur pemuliaan secara konvesional, GI Macro II dapat dikembangkan oleh masyarakat secara luas, baik melalui budidaya sistem tradisional, semi intensif maupun intensif.
Menurut Achmad Poernomo, budidaya udang galah yang terintegrasi bersama padi merupakan bentuk pemanfaatan secara nyata dari keterbatasan lahan, serta meningkatkan produksi perikanan. “Udang galah diharapkan sebagai agen pengendalian hayati yang memangsa hama dan gulma di lahan persawahan. Tujuan utamanya untuk menambah hasil panen berupa udang galah,” ungkap Achmad.
Dalam kegiatan tersebut dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (P4B) dengan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman yang disaksikan langsung oleh Gubernur Yogyakarta. Penandatangan perjanjian kerja sama ini juga disertai dengan kegiatan bimbingan teknis budidaya UGADI.
Udang galah dipilih karena mampu tumbuh baik di air tawar sampai air bersalinitas di bawah 15 serta memiliki toleransi yang luas terhadap suhu. Melibatkan ikan ke dalam sistem persawahan memiliki sejumlah keunggulan seperti membantu dalam meningkatkan hasil padi dan meningkatkan kesuburan lahan dengan menambahkan bahan organik.
Hal ini mampu menghasilkan keuntungan per satuan luas lahan satu atau dua kali lipat. Setiap 1000 meter persegi akan menghasilkan 70-80kg udang galah dan 7-8 kwintal padi. “Adanya udang galah menyebabkan naiknya produktivitas padi, dengan jumlah produksi 1 kwintal lebih tinggi dibandingkan padi tanpa udang galah,” ungkap Achmad.
Budidaya Ugadi bisa menjadi alat bantu dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT), menggantikan aplikasi insektisida yang tidak ekonomis. Banyak spesies ikan memanfaatkan gulma sebagai pakan alami mereka, akibatnya biomas gulma di sawah berkurang. Komoditas perikanan akan mengurangi jumlah organisme bentik seperti, moluska, cacing dan larva serangga serta biomassa gulma di sawah.
Kegiatan IPTEKMAS (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat) Ugadi akan dilaksanakan di Kecamatan Pakem untuk pembudidaya yang tersebar di Desa Harjobinangun dan Desa Candibinangun atau anggota yang tersebar di 3 kelompok (Mina Ngelo Sembaka, Mina Ulam Asri dan Mina Muda Sambirembe). Sebelumnya Balitbang KP berhasil melaksanakan IPTEKMAS Budidaya Udang Galah di Desa Sendang Tirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta pada 2011 lalu.