Ekosistem Sungai Sebagai Jalur Migrasi Ikan Sidat

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pembangunan infrastruktur sungai seperti bendungan menjadi hambatan migrasi bagi ikan sidat. Kondisi perairan dan lingkungan yang rusak juga menjadi tantangan lain yang perlu mendapat perhatian untuk menjaga kelangsungan hidup ikan migrasi ini.

Hal tersebut disampaikan Hidayat selaku Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada pembukaan sarasehan Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI) dalam rangka menyambut Hari Migrasi Ikan Sedunia pada Sabtu (20/5/2023).

Karena itu, Hidayat menekankan pentingnya ekosistem sungai sebagai habitat ikan migrasi perlu diperhatikan, salah satunya bagi ikan sidat.

Triyanto, Peneliti PRLSDA BRIN menjelaskan bahwa ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan katadromous. Ikan ini bermigrasi ke perairan laut untuk bereprodukasi. Ikan sidat adalah komoditas yang sangat potensial bagi Indonesia sebagai sumber devisa, penunjang perekonomian masyarakat dan menjadi sumber daya kehati yang perlu perhatian khusus.

Keberhasilan migrasi sidat sangat penting. Apalagi saat ini ketersediaan data dan informasi terkait terganggunya jalur migrasi sidat tropis di Indonesia masih sangat terbatas. “Halangan pada jalur migrasi ikan perlu mendapat perhatian dari seluruh elemen masyarakat, karena kelangsungan hidup ikan migrasi menjadi tanggung jawab bersama,” ungkapnya.

Triyanto menambahkan, untuk menjaga keberlangsungan hidup sidat diperlukan alat tangkap yang sesuai. Benih sidat atau dikenal dengan glass eel harus hidup dalam habitat yang sehat.

Tak hanya itu, pria ini juga mengingatkan pentingnya konektivitas sungai atau dukungan ekosistem air mengalir (lotic ecosystem) bagi Sidat, karena habitat tersebut sebagai sumber makanan, ketersediaan habitat, siklus nutrisi dan sebagai persediaan air.

Rahmi Dina, Peneliti PRLSDA BRIN menjelaskan untuk memantau pola migrasi, pertumbuhan, kelimpahan, dan angka kematian Sidat dapat dilakukan dengan pemasangan tanda identitas (tagging) pada individu ikan tertentu, termasuk pada sidat.

Metode pemasangan tagging dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Tagging internal dimasukkan ke dalam tubuh, sedangkan eksternal dipasang di luar tubuh. Dalam tagging tersebut terdapat informasi nomor, lokasi, waktu dan ukuran ikan.

“Dengan tagging kita dapat memantau pergerakan ikan, sehingga upaya kita untuk menjaga keberlangsunga hidup Sidat dapat tercapai,” ujar Rahmi.

Dalam sarasehan ini, Luki Subehi Peneliti PRLSDA sekaligus Ketua MLI mengharapkan momentum perayaan Hari Migrasi Ikan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberadaan ikan migrasi dan sungai yang mengalir sebagai ekosistemnya.

Acara yang dihelat di Sukabumi secara hybrid ini adalah bentuk kerja sama antara MLI, PT. Era Mitra Perdana, PT. Geotindo Mitra Kencana, dan LPDP Rispro Invitasi Sidat Poso dan BRIN untuk mengenalkan salah satu lokasi proyek pemanfaatan berkelanjutan hidup ikan Sidat yang menjadi bagian program I-FISH FAO-KKP dalam pengelolaan sumberdaya sidat yang berkelanjutan. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author