BPPT Gelar Workshop Pengelolaan Kawasan Pesisir Berbasis Sato Umi

alt

Jakarta, technology-indonesia.com – Indonesia memiliki sumberdaya kelautan yang besar untuk pengembangan pariwisata bahari dan sumberdaya perikanan. Potensi tersebut perlu dikembangkan pemanfaatannya secara optimal dan berkelanjutan melalui konsep Sato Umi yang telah diterapkan di berbagai negara.
 
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto mengatakan Sato Umi merupakan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dimana intervensi manusia dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir dan laut dapat meningkatkan produktivitas dan keragaman jenis sumberdaya perikanan. 
 
“Sato Umi adalah konsep bagaimana membuat satu sustainable development di daerah-daerah pesisir terutama untuk para nelayan sehingga terjadi harmonisasi antara laut dengan manusia,” kata Unggul saat membuka National Seminar On Science Technology For  Sabang Marine Tourism Development And The 4th International Workshop On Sato Umi, di Jakarta, Kamis (5/10/2017).
 
Seminar dan workshop ini diselenggarakan oleh BPPT bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Environmental Management of Enclosed Coastal Seas (EMECS), dan The North Pacific Marine Science Organization (PICES), Ministry of Agriculture, Forestry dan Fisheries of Japan (MAFF), dan Fisheries Research of Agriculture (FRA). 
 
Dalam skala yang lebih luas, lanjutnya, konsep dasar Sato Umi dapat diterapkan untuk menjaga keseimbangan ketersediaan sumber daya alam sebagai sumber pangan dengan menjaga stabilitas ekosistemnya. 
 
Pada tahun 2007 pemerintah Jepang telah mengimplementasikan konsep pengelolaan sumberdaya alam secara bijaksana antara masyarakat di sekitar hutan yang dikenal dengan Sato Yama yang selanjutnya diadopsi menjadi Sato Umi. Hal ini untuk menunjukkan keterkaitan hubungan antara masyarakat pesisir dengan sumberdaya perikanan yang ada di wilayah pesisir dan laut. 
 
Pengembangan model budidaya perikanan terintegrasi berbasis Sato Umi seperti Integrated Multi Tropic Aquaculture (IMTA) dengan menggunakan multi spesies komoditas perikanan dan sistem bio-resirkulasi pada model sistem tertutup dan sistem terbuka sedang dikaji dan dikembangkan BPPT. Melalui sistem ini diharapkan pengembangan kegiatan budidaya perikanan di wilayah pesisir lebih produktif dan berkelanjutan.
 
Dengan sistem biore sirkulasi, limbah anorganik dan organik dari sisa pakan, kotoran ikan, dan sumber polutan lainnya dapat dikurangi dan diminimalkan, sehingga kondisi ekosistem perairannya lebih stabil, bebas polusi, dan lebih produktif.
 
Dengan menerapkan konsep Sato Umi diharapkan sumberdaya perikanan dan lingkungannya khusus di wilayah pesisir yang telah rusak dapat pulih kembali, lebih produktif dan kaya akan keanekaragaman sumberdaya hayati secara seimbang dan harmonis serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.  
 
Penerapan konsep Sato Umi diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan tambak marjinal dan idle serta sumberdaya perikanan dan kelautan di wilayah pesisir Indonesia guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan ekonomi lokal, regional dan nasional. 
 
Selain potensi sumberdaya perikanan, Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang sangat besar. Namun kontribusi wisata bahari hanya sekitar 10 persen dari total penerimaan devisa di sektor pariwisata yang jumlahnya US$ 12,6 miliar atau sekitar Rp 167 triliun pada 2016. Tahun 2017, Kementerian Pariwisata memproyeksikan penerimaan dari wisata bahari sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 53 triliun. 
 
“Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang tak tertandingi, kelemahan kita di prasarana dan sikap masyarakat sekitar yang masih belum ke arah pariwisata. Kalau itu betul-betul ditingkatkan, baik dari prasarana, transportasi, pelabuhan dan lain-lain, saya yakin bisa meningkat drastis,” ujarnya. 
 
Malaysia yang panjang pantainya lebih kecil dari Indonesia mampu meraup hingga 40 persen devisa pariwisatanya dari wisata bahari dengan kontribusi yang mencapai US$ 8 miliar atau 8 kali lipat Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya percepatannya guna menjadikan sektor wisata bahari sebagai sektor unggulan dalam meraup devisa negara. 
 
Salah satu kegiatan untuk mendukung promosi wisata  bahari Indonesia adalah melalui kegiatan Sail Sabang pada 28 November – 5 Desember 2017. “Sail Sabang yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan sektor wisata bahari di Sabang dan seluruh kawasan wisata bahari di Indonesia, menjadi momentum yang tepat untuk menggalang kekuatan dan seluruh potensi wisata bahari Indonesia dalam anjang perhelatan kegiatan promosi wisata bahari nasional dan internasional,” lanjutnya. 
 
Unggul berharap seminar dan workshop ini dapat memberikan masukkan kepada pemerintah dan menginspirasi serta memberikan semangat baru kepada para stakeholders dalam mengembangkan program wisata bahari baik di Sabang maupun kawasan wisata bahari lainnya di Indonesia. 
 
Ke depan, pemerintah bersama-sama dengan masyarakat harus dapat mengelola dan memanfaatkan seluruh potensi wisata bahari dan sumberdaya perikanan, pesisir dan kelautan secara optimal, harmonis, produktif dan berkelanjutan untuk menjamin kesinambungan wisata bahari, pengembangan minawisata dan ekowisata,  penyediaan pangan berbasis perikanan untuk kejayaan bangsa dan negara.  
 

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author