“Barangsiapa mengonsumsi ikan keramat, maka akan tertimpa marabahaya”. Mitos yang beredar di Jawa Barat itu mengakibatkan populasi ikan keramat Tor Soro menjadi terjaga. Sementara populasi di habitat aslinya di Danau Toba justru mengalami kepunahan akibat over eksploitasi dan degradasi lingkungan.
Ikan Tor Soro mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi, karena perannya dalam upacara adat suku Batak. Tor Soro dihargai 300ribu hingga satu juta rupiah per kilogramnya. Selain dagingnya, sisik Tor Soro pun dapat dikonsumsi.
Untuk mengantisipasi kelangkaan ikan Tor Soro, Badan Penelitan dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (Puslitbang PB) bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (Diskanlut Jabar) melakukan penelitian dan pengembangan teknologi budidaya ikan lokal Jawa Barat.
Penandatanganan perjanjian kerjasama disaksikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Achmad Heryawan pada Kamis (5/2) lalu di Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum dan Ikan Hias (BP3UIH) Ciherang, Jawa Barat.
Penelitian domestikasi ikan Tor Soro oleh Balitbang KP selama 4 tahun telah membuahkan hasil. Tor Soro atau lebih dikenal sebagai ikan Kancra dapat dikembangbiakkan secara alami dan buatan di luar habitat aslinya (ex situ).
Keberhasilan domestikasi ikan Tor soro menjadi solusi untuk keberlanjutan dalam penyediaan benih dan pengembangan budidaya secara intensif. Selain di kolam air tenang, budidaya ikan ini dapat juga dilakukan pada kolam air deras.
Penelitian dan pengembangan teknologi pembenihan ikan Tor soro dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) – Bogor di BP3UIH – Ciherang terjadi pada 2014. Benih yang dihasilkan sejak Oktober 2014 berukuran 2-3 cm sebanyak 6000 ekor.
Pada tahun 2015 dilakukan kerjasama pendampingan teknologi dari BPPBAT ke BP3UIH Ciherang untuk kegiatan perbenihan ikan Kancra dan Tagih/Baung (Hemibagrus nemurus). Gubernur Jabar mentargetkan produksi benih satu juta ekor untuk keperluan restocking Waduk Jatigede, Sumedang pada November 2015.
Selain Tor Soro, Balitbang KP juga berupaya mengembangkan ikan gurami Galunggung yang bernilai ekonomis tinggi. Bersama dengan Balai Pengembangan Budidaya Ikan Gurami dan Nilem Singaparna, Balitbang KP melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas genetik ikan gurami Galunggung agar dapat tumbuh lebih cepat dan tahan penyakit.
Aplikasi vaksin bivalen produk Balitbang KP dapat mengatasi penyakit borok dan TBC pada gurami. Penggunaan vaksin bivalen pada ikan gurami dapat meningkatkan kelangsungan hidup sampai 80-90%.