Peneliti BRIN Temukan Sumber Pestisida Nabati dari Jambu-Jambuan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menjadi hambatan dalam kegiatan pertanian. Kerusakan akibat OPT diperkirakan bisa mencapai 45%. Salah satu cara untuk mengendalikannya yaitu dengan menggunakan pestisida.

Peneliti dari Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yati Nurlaeni mengungkapkan, untuk mengendalikan OPT, para petani sangat menyukai pestisida sintetis dibandingkan dengan teknik pengendalian lainnya.

“Hal ini dikarenakan pestisida sintetis dapat dengan cepat menurunkan populasi OPT dengan periode pengendalian (residu) yang lebih panjang, mudah diproduksi secara besar-besaran, mudah diangkut, disimpan dan harganya relatif lebih murah. Pestisida sintetis adalah pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia,” kata. Yati dilansir dari laman brin.go.id.

Padahal penggunaan pestisida sintetis memiliki dampak negatif, diantaranya bahan pencemar dapat kembali ke manusia melalui bahan makanan karena residu pestisida yang sulit terurai. Penggunaan pestisida sintetis juga berdampak pada terganggunya ekosistem karena matinya musuh alami dari OPT sehingga terjadi peningkatan jumlah hama, serta kematian organisme menguntungkan seperti lebah yang berperan dalam penyerbukan.

Salah satu alternatif untuk menggantikan pestisida kimia yaitu dengan menggunakan pestisida nabati yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. “Penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan dan menjadi solusi terbaik dalam pengendalian OPT,” ujar Yati.

Pestisida nabati juga disebut sebagai pestisida ramah lingkungan karena bersifat mudah terurai di alam (bio degradable), aman terhadap manusia dan hewan peliharaan, dan berperan besar dalam menghadapi masalah global khususnya ekspor komoditas pertanian.

Salah satu zat organik keanekaragaman hayati dapat diandalkan sebagai kandidat pestisida nabati adalah material yang ada di Kebun Raya. Untuk keperluan tersebut, Yati Nurlaeni melakukan pendataan mengenai jenis tanaman yang berpotensi sebagai pertisida nabati.

Berdasarkan pendataan yang dilakukan Yati Nurlaeni pada 2016 terdapat 116 spesies yang termasuk dalam 46 famili tanaman koleksi Kebun Raya Cibodas yang berpotensi sebagai pestisida nabati. Misalnya, suku jambu-jambuan yang ada di Kebun Raya Cibodas terdiri dari marga Acca, Agonis, Backhousia, Callistemon, Corymbia, Decaspermum, Eucalyptus, Eugenia, Jambosa, Kunzea, Leptospermum, Lophostemon, Melaleuca, Myrcia, Myrciaria, Plinia, Psidium, Rhodamnia, Rhodomyrtus, Syzygium, Tristaniopsis, dan Xanthostemom. Sedangkan genera yang diinventarisasi sebagai pestisida alami terbatas pada Eucalyptus, Melaleuca, dan Leptospermum.

Myrtaceae atau suku jambu-jambuan merupakan tumbuh-tumbuhan yang anggotanya banyak dikenal dan dimanfaatkan manusia yang terdiri dari tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat, serta tanaman industri yang tersebar di daerah tropis dan subtropis,” jelasnya.

Kebun Raya Cibodas merupakan tempat keanekaragaman hayati yang dapat dieksplorasi untuk penemuan kandidat baru dalam hal pestisida nabati. Keluarga jambu-jambuan telah dilaporkan memberikan aktivitas biologis terhadap OPT karena kandungan metabolit sekundernya.

“Keluarga jambu-jambuan dengan jumlah jenis potensial terbesar sebagai pestisida nabati di Kebun Raya Cibodas belum dilakukan penelitian secara mendalam, Sedangkan genus yang diinventarisasi sebagai pestisida alami terbatas pada Eucalyptus, Melaleuca, dan Leptospermum,” katanya.

Yati juga menyampaikan, penelitian ini bertujuan menginventarisasi dan mengategorikan koleksi Myrtaceae di Kebun Raya Cibodas yang berpotensi sebagai pestisida nabati secara rinci dan komprehensif. Data yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang formulasi, khasiat, dan pengelolaan konservasi untuk pemanfaatan berkelanjutan.

Pengembangan pestisida nabati merupakan langkah untuk meningkatkan kualitas produk ekspor Indonesia dan meningkatkan daya saing nasional di era globalisasi saat ini.

Penelitian diaksanakan dari bulan Januari s.d Agustus 2021. Investigasi potensi pestisida pada penelitian ini terbatas pada bakterisida, fungisida, herbisida, dan insektisida. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa Kebun Raya Cibodas merupakan sumber plasma nutfah yang sangat baik untuk pengembangan pestisida nabati.

“Berdasarkan penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa terdapat 73 spesies Myrtaceae (dari 18 genus) berpotensi menjadi sumber pestisida nabati. Selain itu, 17 spesies dianggap memiliki potensi tinggi. Kebanyakan merupakan jenis Eucalyptus dan Melaleuca, diikuti oleh Backhousia, Leptospermum, Psidium, dan Syzygium,” imbuh Yati.

Data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang formulasi, khasiat, dan pengelolaan pestisida nabati dari Myrtaceae untuk penggunaan berkelanjutan. Pengembangan pestisida nabati merupakan langkah untuk meningkatkan kualitas produk ekspor Indonesia guna meningkatkan daya saing nasional di era globalisasi saat ini.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author