BPPT Kembangkan Produk Beras Non Padi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pusat Teknologi Agroindustri (PTA) BPPT sejak 2015 telah mengembangkan beras non padi untuk mengatasi ketersediaan pangan pokok karbohidrat. Beras non padi tersebut berasal dari sumberdaya pangan lokal yang belum termanfaatkan secara optimal seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sorghum, dan sagu.

Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAN-BPPT) Soni Solistia Wirawan mengatakan, pangan karbohidrat non padi atau sering disebut pangan lokal merupakan bahan pangan di daerah-daerah tertentu yang secara agroklimat tanaman padi kurang dapat tumbuh dengan baik. Masyarakat di daerah tertentu ini sudah terbiasa mengonsumsi pangan lokal, namun program swasembada beras menggeser keberadaan pangan lokal.

Negara dan bangsa yang hanya mengandalkan pada satu bahan pangan pokok saja akan mengalami goncangan politik maupun ekonomi manakala ketersediaan pasokan pangan pokoknya terganggu. Oleh karena itu, penyediaan pangan pokok non padi menjadi salah satu solusi.

“Mengingat masyarakat Indonesia sudah terbiasa mengonsumsi nasi dari beras, maka melalui rekayasa teknologi bahan pangan lokal tersebut dibuat menyerupai bulir padi. Dengan membentuk bulir seperti beras maka diharapkan ketersediaan beras non padi dapat diterima oleh konsumen dalam negeri,” terang Soni dalam Jumpa Pers bertema Ketahanan Pangan Berbasis Rekayasa Teknologi Pangan Non Beras di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (6/6/2018).

Deputi TAN-BPPT Soni Solistia Wirawan (tengah) dalam Jumpa Pers Ketahanan Pangan Berbasis Rekayasa Teknologi Pangan Non Beras di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (6/6/2018).

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah melakukan berbagai kegiatan kaji terap yang mendukung diversifikasi pangan melalui inovasi teknologi formulasi dan desain alat untuk pengolahan pangan berbahan baku lokal seperti sagu, jagung dan ubikayu. BPPT melalui rekayasa teknologi ekstrusi berhasil mengembangkan produk beras dan mie dengan memanfaatkan potensi bahan baku pangan lokal tersebut.

Beras Sagu, Beras Sehatku, dan Mie Sagu merupakan produk inovasi BPPT berbahan baku sagu, jagung dan ubikayu. Ketiga produk tersebut memiliki keunggulan seperti indeks glikemik yang lebih rendah berkisar antara 30-50 dibandingkan indeks glikemik beras padi sekitar 90. Kandungan serat pangan serta resistant starch juga lebih tinggi sehingga sangat baik dikonsumsi bagi mereka yang rentan terhadap diabetes serta untuk memenuhi kebutuhan diet guna mendukung pola hidup sehat.

Data dari Riskeda Kementerian Kesehatan jumlah penderita diabetes 2015 mencapai 10 juta jiwa dan jumlah penderita prediabetes mencapai 40 juta. Penderita prediabetes adalah seseorang yang kadar gula sesaatnya mencapai 150-200 mg/dl, dan bila ini tidak diperhatikan dalam jangka 1 sampai 2 tahun akan menjadi diabetes.

Menurut Soni, melalui teknologi ektrusi pengembangan beras non padi difokuskan menggunakan bahan baku sagu dengan pertimbangan areal sagu di Indonesia mencapai 2 juta hektar dan belum dikelola secara maksimal.

“Cadangan sagu yang besar merupakan potensi bagi pangan, sebagai bahan baku industri, dan sebagai sumber energi. Selain sebagai sumber pangan, sagu diharapkan menjadi salah satu pijakan kuat bagi peningkatan kesejahteraan khususnya di Indonesia Timur, agar pemerataan pembangunan terus meningkat,” harap Soni.

Disamping itu, penggunaan sagu tidak berebut dengan pemanfaatan produk lain, pati sagu memiliki karbohidrat kompleks yang memiliki khasiat kesehatan, pati sagu tidak mengandung gluten, dan ketersediaan pati sagu selalu tersedia dan tidak tergantung dengan musim.

“Dengan adanya rekayasa teknologi beras sagu ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif penyediaan beras non padi dan dapat menyehatkan masyarakat,” tuturnya.

Saat ini, produk beras sagu sudah diproduksi oleh mitra sebagai pihak ketiga yaitu PT. Mitra Aneka Solusi (PT MAS) dan dijual ke masyarakat melalui model off line maupun on line. Dalam tiga bulan ini beras sagu ini sudah diproduksi sekitar 1,5 ton.

“Ke depan dengan adanya beras sagu ini dapat digunakan sebagai pendamping penyediaan beras dalam rangka menunjang ketahanan pangan, dan juga sekaligus sebagai upaya pencegahan meluasnya penyakit diabetes yang merupakan penyakit degeneratif di negeri ini,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author