Jakarta, Technology-Indonesia.com – Dalam upaya mendukung komitmen Kementerian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan tingkat produktivitas padi nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) senantiasa melahirkan inovasi teknologi unggulan seperti penyediaan benih sumber varietas unggul padi potensi hasil tinggi. Inovasi teknologi lainnya adalah rekomendasi teknologi budidaya produktivitas tinggi yang meliputi teknologi pengelolaan hara, pengendalian organisme pengganggu tanaman, serta alat mesin pertanian modern yang mampu meningkatkan efisiensi produksi padi.
Hingga usia yang ke-47, Balitbangtan Kementan telah melepas lebih dari 400 varietas unggul. Dari berbagai jenis varietas itu, seperti diketahui varietas Ciherang yang dilepas pada era 2000-an silam masih mendominasi pertanaman padi di Indonesia. Berbagai informasi menyebutkan bahwa varietas ini mulai menggeser dominasi IR64 sejak sekitar tahun 2007. Puncaknya, pada tahun 2011 luas areal tanamnya mencapai 40% dari seluruh pertanaman padi di dalam negeri.
Meski demikian, ketahanan varietas Ciherang terhadap beberapa jenis hama penyakit saat ini mulai patah seiring dengan adanya perubahan lingkungan. Karena itu, untuk menggantikan varietas Ciherang Balitbangtan telah menghasilkan beragam varietas baru untuk padi sawah. Salah satunya pada tahun 2004, varietas Mekongga ketika itu dirakit untuk menggantikan Ciherang. Kemudian, di tahun 2008, beberapa varietas dilepas dengan nama Inpari untuk memberikan tambahan alternatif pilihan bagi petani.
Dalam perkembangannya, kini beberapa varietas Inpari telah ditanam luas oleh petani seperti Inpari 30, Inpari 32, Inpari 33 dan Inpari 42. Data terakhir tahun 2020 menunjukkan luas tanam Ciherang telah berkurang menjadi sekitar 29%. Inpari 30 dan Inpari 32 merupakan perbaikan dari varietas Ciherang yang masing-masing dilepas tahun 2012 dan 2013.
Saat ini, Inpari 32 telah masuk dalam tiga besar varietas paling luas ditanam setelah Ciherang dan Mekongga. Pada tahun 2020 Inpari 32 ditanam pada luasan sekitar 800 ribu hektar (sekitar 8% dari total areal padi nasional).
Menurut hasil analisis yang telah dilakukan oleh tim peneliti Balitbangtan terhadap manfaat yang diperoleh dengan penanaman empat varietas unggul Inpari yang telah menyebar (Inpari 30, Inpari 32, Inpari 33 dan Inpari 42) dalam lima tahun terakhir (2017-2021) menunjukkan adanya tambahan keuntungan rata-rata sebesar Rp 1.9 triliun per tahun.
Lebih dari itu, apabila diakumulasikan tambahan manfaat yang diperoleh dengan penanaman varietas-varietas baru tersebut sejak tahun 2014 hingga saat ini mencapai sekitar Rp 10.5 triliun. Nilai manfaat tersebut diharapkan akan lebih besar karena perkembangan luas tanam varietas-varietas baru terus bertambah menggantikan varietas-varietas yang lama. (Sumber Puslitbangtan)