Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Badan Litbang Pertanian menggelar kegiatan hilirisasi dalam bentuk advokasi dan konseling, yang dilaksanakan bersama petani jagung Sido Makmur di Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Untuk meningkatkan produktivitas jagung di lahan pasang surut, Balittra mengenalkan Panca Kelola Lahan Rawa.
Hilirisasi ini dilakukan di lahan jagung petani, sehingga suasananya sangat mendukung kegiatan ini. Kegiatan ini (3/11/2021) dihadiri sekitar 20 petani, termasuk Kepala BPP Marabahan dan para penyuluh.
Peneliti Balittra, Mawardi sebagai salah satu narasumber, menyampaikan bahwa sistem budidaya jagung dapat menerapkan Panca Kelola Lahan Rawa. Sebelum diolah, lahan perlu dipersiapkan dengan baik, termasuk melakukan pengelolaan air dengan membuat saluran drainase sebagai kunci sukses bertanam jagung di lahan pasang surut.
Pengelolaan drainase berfungsi untuk menjaga kapasitas lapang, sehingga tanaman jagung tidak kekurangan dan kelebihan air, atau bahkan terendam pada saat pasang. Selain itu saluran drainase juga berfungsi sebagai saluran irigasi pada saat musim kemarau. Teknik ini sudah diterapkan dan dibuktikan keberhasilannya oleh seorang petani bernama Piton.
Tanaman jagung menghendaki tanah yang remah dan gembur untuk mendukung pertumbuhannya. Karena itu, areal yang akan ditanami jagung harus diolah sedemikian rupa agar tanahnya menjadi gembur dan dibuat sistem drainase untuk menghindari terjadinya genangan. Tanah yang gembur akan mendorong pertumbuhan akar tanaman jagung menjadi lebih baik, zona perakarannya menjadi luas sehingga tanaman jagung tersebut akan dapat menyerap unsur hara dari dalam tanah secara efektif dan efisien.
Tanaman jagung yang efektif menyerap hara, maka kebutuhan haranya (NPK) akan terpenuhi, dan tanaman tumbuh baik dan maksimal. Tanaman yang tumbuh baik, produktivitasnya jagung yang dihasilkan akan tinggi, maka pendapatan petani meningkat dan lebih sejahtera.
Menurut Peneliti Balittra, Smith Simatupang dalam hal pengolahan tanah untuk penanaman jagung dilakukan melalui dua tahap. Pengolahan tanah pertama (primary tillage) dilakukan untuk membongkar dan membalikan tanah sedemikian sehingga tanah bagian bawah terbalik ke atas. Pengolahan tanah kedua (secondary tillage) bertujuan untuk menghancurkan dan menggemburkan tanah pada lahan kering dan melumpurkan tanah pada lahan sawah.
Pengolahan tanah pertama dilakukan menggunakan alat cangkul, luku, bajak singkal. Sementara pengolahan tanah kedua menggunakan cangkul, rotari harrow dan garu/sisir. Bajak singkal atau bajak piringan bisa ditarik dengan traktor TR-2 dan TR-4.
Setelah pengolahan lahan selesai, tahap selajutnya yang sangat penting adalah pemilihan varietas unggul seperti NK somu atau BC 18 dengan keunggulan dan kekurangnnya. Penanaman jagung menggunakan sistem zig-zag untuk memperbanyak jumlah jagung yang ditanam, serta membuat pemberian pupuk juga efisien karena tidak terbuang.
Budidaya jagung supaya menguntungkan dan dapat dilakukan dalam skala luas harus menggunakan alat mekanikasi, baik dalam penanaman, pembumbunan, maupun panen. Alat mekanis dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya sampai 70% lebih, sehingga menguntungkan dan mampu meningkatkan kesejehteraan petani.
Organisme pengganggu tanaman (OPT) sering menjadi kendala di dalam usahatani tanaman, termasuk budidaya jagung. Pengendalian OPT perlu menerapkan prinsip pengendalian hama terpadu atau PHT. Tujuannya tidak saja mengamankan produksi hasil tanaman, melainkan juga untuk menjaga lingkungan supaya tetap terjaga.
Menurut Prof Mukhlis, prioritas-prioritas yang dapat dilakukan dalam penerapan PHT antara lain pengelolaan tanaman sehat, pengendalian secara hayati, pengendalian secara mekanis/fisik, dan pengendalian secara kimia dengan bijak. (Sumber Balittra)