Teknologi Pengendalian Terpadu Penyakit Busuk Buah Kakao

Jakarta, Technology-Indonesia.comPhytophthora palmivora merupakan jamur patogen penyebab penyakit busuk buah kakao (BBK). Patogen ini menyerang berbagai bagian tanaman kakao, meliputi: daun, pangkal batang, batang, ranting, pucuk, bantalan bunga, dan buah. Phytophthora palmivora dapat menyerang kakao pada berbagai tingkatan umur, mulai dari pembibitan sampai pada tanaman menghasilkan.

Intensitas serangan patogen ini dapat mencapai 85% pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan tinggi. Secara ekonomis, serangan patogen ini telah mengakibatkan penurunan produksi kakao dunia sebesar 10-30%, sedangkan di Indonesia telah mengakibatkan kehilangan hasil 15-53%.

Phytophthora palmivora sangat sulit dikendalikan karena umumnya bertahan hidup dalam bentuk miselium dan klamidospora pada bagian tanaman yang terinfeksi atau di dalam tanah. Implementasi pengendalian penyakit busuk buah kakao harus dilaksanakan secara terpadu.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) memiliki beberapa komponen teknologi pengendalian yang mampu menurunkan intensitas serangan patogen ini.

Pertama, sanitasi kebun. Langkah paling penting dalam upaya pengendalian penyakit secara terpadu adalah menghilangkan sumber inokulum patogen dari kebun. Karena itu semua buah yang terinfeksi P. palmivora baik yang masih berada di pohon atau yang jatuh ke permukaan tanah, kulit buah dari limbah panen, ranting dan daun dari pemangkasan harus dibersihkan kemudian dikubur atau didekomposisi untuk dijadikan pupuk organik.

Kedua, pemangkasan pemeliharaan. Perkembangan P. palmivora tergantung pada kelembaban kebun dan sangat peka terhadap cekaman suhu dan kekeringan. Aktivitas pemangkasan pemeliharaan sangat efektif menurunkan intensitas serangan penyakit busuk buah kakao.

Ketiga, pemanfaatan mikroorganisme antagonis. Pemanfaatan jamur antagonis Trichoderma viride terbukti efektif menekan perkembangan patogen P. palmivora pada pembibitan. Aplikasi biofungisida berbahan aktif spora T. viride terbukti mampu menghambat perkembangan penyakit busuk buah di laboratorium dan lapangan.

Keempat, pemanfaatan fungisida nabati. Minyak cengkeh dan serai wangi yang diformulasikan terbukti mampu menurunkan intensitas serangan penyakit busuk buah di lapangan.

Kelima, penggunaan asap cair. Potensi asap cair sebagai senyawa antimikroba dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan patogen tanaman. Penggunaan asap cair dari tempurung kelapa hanya dengan konsentrasi 0,1% mampu menghambat pertumbuhan P. palmivora di cawan petri. Penggunaan asap cair dari limbah kebun kakao untuk mengendalikan penyakit BBK paling memungkinkan untuk dikembangkan di tingkat petani, karena mudah dan murah membuatnya serta ketersediaan bahan baku yang melimpah di lapangan.

Teknologi pengendalian penyakit busuk buah kakao (BBK) secara terpadu ini dapat menurunkan tingkat serangan di lapangan sebesar 80%. (Sumber Balittri/Bur)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author