Banyuasin, Technology-Indonesia.com – Petani di Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) mengaku puas dengan hasil panen musim ini. Pasalnya hasil panen yang diperoleh meningkat dari biasanya sekitar 5-6 ton/hektare (ha) kini mencapai 7-8 ton/ha.
Tingginya produktivitas padi yang diperoleh tak lepas dari sentuhan Teknologi Panca Kelola Lahan Rawa yang diaplikasikan melalui program Optimalisasi Lahan Rawa oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Salah seorang petani mengaku, banyak manfaat yang diperoleh dari penerapan teknologi ini, diantaranya penggunaan benih yang lebih efisien dan sistem penanaman yang efektif.
“Tadinya kami menggunakan benih 80 kg/ha, sekarang bisa ditekan menjadi 50 kg/ha. Bagi saya itu sudah luar biasa efisien,” ujar Farihin Setiawan, petani Muara Telang dalam kegiatan Temu Lapang dan Panen Raya di Demfarm Optimalisasi Lahan Rawa yang berlangsung di Desa Sumber Hidup, Kecamatan Muara Telang, Kamis (20/2/2020).
“Selama ini kami menggunakan sistem tanam benih langsung (tabela), tapi setelah menerapkan sistem jajar legowo 2:1 menggunakan amator, tanaman menjadi lebih rapi dan pengendalian hamanya mudah diterapkan,” tambahnya.
Optimalisasi lahan rawa merupakan salah satu program Kementerian Pertanian yang terus dikembangkan untuk menjawab tantangan ‘Pertanian Maju, Mandiri dan Modern’ berbasis teknologi dalam mendukung terwujudnya Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045.
Melalui program ini, masyarakat dapat memanfaatkan Teknologi Panca Kelola Lahan Rawa yang meliputi teknologi pengelolaan air, penyiapan dan penataan lahan, ameliorasi dan pemupukan, varietas unggul, serta pengendalian organisme pengganggu tanaman terpadu.
Menurut Kepala Balitbangtan yang diwakili Kepala Balai Penelitian Tanaman Rawa, Hendri Sosiawan, kegiatan ini bertujuan untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa lahan rawa yang diolah dengan baik dan benar produksi padinya meningkat.
“Lahan rawa itu konotasinya serba banyak permasalahan, tapi dengan teknologi yang disajikan oleh Balitbangtan kita bisa mengoptimalkan lahan rawa ini,” jelas Hendri.
Hendri menambahkan, optimalisasi lahan rawa juga berdampak pada peningkatan indeks pertanaman dari satu kali panen per tahun menjadi dua hingga tiga kali per tahun.
“Di Sumsel tahun ini ada 100 hektar untuk demfarm. Tentu saja Balitbangtan tidak bisa secara terus menerus melakukan hal yang sama sehingga kami berharap percontohan ini dapat diikuti oleh petani lainnya,” ujar Hendri.
Program optimalisasi lahan rawa ini mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan, Anton Alam menyebutkan, optimalisasi lahan rawa telah sejalan dengan program pemerintah daerah.
“Sesuai dengan arahan gubernur, kita harus bisa mengimbangi produksi Sulsel. Untuk mencapai kesana kami mengambil beberapa langkah seperti membuka lahan baru dan optimalisasi lahan, karena percepatan peningkatan produksi itu ada di perluasan areal tanam,” jelas Anton.
Luas lahan rawa lebak dan pasang surut di Sumatera Selatan yang berpotensi untuk dioptimalkan seluas 240 ribu hektar. Pemerintah setempat optimis dengan adanya teknologi yang terus berkembang, lahan rawa yang ada dapat segera termanfaatkan. (Andika Bakti/Balitbangtan)