Teknologi Bioproduk Tingkatkan Produktivitas Padi di Sukabumi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kabar gembira datang dari petani di Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) yang melaksanakan panen padi ditengah situasi pandemi. Tak hanya itu, pada hamparan demplot di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, petani dapat mempercepat masa panen hingga 45 hari dari biasanya.

Plt. Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jabar, Wiratno, terjun langsung meninjau panen bersama anggota Komisi IV DPR RI, H. Slamet, serta Dinas Pertanian Kab. Sukabumi, Camat, Kepala Desa dan perwakilan BPP Cisaat, pada Senin (12/07/21). Menurut Wiratno, perpaduan antara sistem tanam jajar legowo dan teknologi BioProduk serta semangat para petani setempat telah memberikan hasil yang optimal.

Teknologi Bioproduk merupakan praktek pertanian ramah lingkungan dengan tiga komponen utama yaitu biodekomposer Ultramix, pupuk hayati Agrimeth, dan pestisida nabati Bioprotektor yang merupakan produk dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

“Dapat dilihat pada area demplot ini, dengan waktu tanam yang bersamaan bisa begitu jelas bedanya. Yang masih hijau ini masih menggunakan kebiasaan petani, sementara yang kuning siap panen adalah yang memanfaatkan hasil teknologi Balitbangtan,” tutur Wiratno.

“Alhamdulillah, dengan teknologi Balitbangtan ini kita lebih cepat panen 45 hari dan produktivitasnya lebih tinggi 1,9 ton/ha,” imbuhnya.

Salah satu kunci yang dapat mempercepat masa panen ialah pemilihan varietas. Peneliti terkait dalam kegiatan ini yakni Nana Sutrisna dan Irma Noviana menjabarkan keunggulan penerapan varietas keluaran Balitbangtan yakni Cakrabuana. “Umur padi lokal varietas Demplon, Inul dan Salak yang biasa ditanam petani adalah 125 hari setelah semai (hss) atau sekitar 100 hari setelah tanam (hst), kalau Cakrabuana 104 hss atau 90 hst,” terang Nana.

Sementara itu, Irma menyebutkan tiga hal penting yang membuat kegiatan Indeks Pertanaman (IP) lebih cepat panen. “Kenapa kegiatan ini lebih cepat panen, karena kita melakukan percepatan tanam, umur bibit muda dan kita menggunakan varietas genjah,” jelas Irma.

Ia pun membandingkan antara kebiasaan petani dalam menggunakan pupuk anorganik. “Petani biasanya menggunakan pupuk anorganik sebanyak 450 kg/ha, sedangkan kita pake anorganik hanya 150 kg/ha, jadi kita pake 30% dari dosis pupuk biasa petani,” ujar Irma.

Melihat langsung hasil yang maksimal dengan penghematan pada pupuk anorganik hingga 70%, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Maju 2 begitu antusias dan berminat untuk menanam varietas Cakrabuana. Menurut petani, cita rasa nasi yang dihasilkan enak, tanaman lebih tahan hama dan penyakit serta rendemennya (dari gabah menjadi beras) cukup tinggi yaitu hingga 52%. (Sumber BPTP Jabar)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author