Jakarta, Technology-Indonesia.com – Ada tiga jenis kopi di Indonesia yang dibudidayakan dan dipasarkan yaitu kopi Robusta, Arabika dan Exselsa. Sebesar 85% pasar dalam negeri dikuasai oleh kopi Robusta. Sedangkan untuk pasar luar negeri dikuasai kopi arabika yaitu sebesar 75%. Berbeda dengan dua jenis kopi tersebut, kopi Exselsa baru menguasai pasar dalam negeri sebesar 1% saja.
Dalam budidaya kopi pemilihan klon, pembibitan, pemeliharaan hingga teknik panen yang baik dan benar menjadi poin penting untuk keberlangsungan produktivitas tanaman kopi. Prof. Dr. Ir Rubiyo, M.Si, Peneliti Utama di BBP2TP, Bogor menyampaikan hal tersebut dalam acara Bimbingan Teknis (Bimtek) budidaya dan pengembangan kopi yang digelar di Kelompok Tani Jongkok Praktiyasa, Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan-Bali.
Acara Bimtek yang diselenggarakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali ini dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) petani kopi, dan untuk mempercepat hilirisasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Menurut Kepala BPTP Bali, Dr. I Made Rai Yasa, dirinya sengaja mengundang seorang Profesor Riset Badan Litbang Pertanian sebagai narasumber agar permasalahan yang dihadapi petani dalam hal budidaya kopi bisa teratasi. Dikatakan lebih lanjut bahwa Bimtek Budidaya kopi yang dilaksanakan diikuti juga oleh Penyuluh BPTP Bali dan PPL yang mewilayahi Desa Belatungan. “Dari Bimtek ini diharapkan juga mampu meningkatkan kompetensi Penyuluh BPTP Bali dan Penyuluh di daerah dalam membina petani di lapangan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, terkait program dan kebijakan di bidang perkebunan khususnya komoditas kopi, BPTP Bali juga mengundang Bapelitbang dan Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan untuk menghadiri acara Bimtek.
Dewa Ketut Budidana Susila selaku Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, mengatakan bahwa saat ini produksi kopi robusta di Kecamatan Tabanan tergolong masih rendah, yaitu rata-rata 400 kg/hektare/tahun. “Kami sangat mendukung program Bimtek ini, dan kami yakin dengan budidaya yang baik produksi kopi di sini dalam dua sampai tiga tahun mendatang akan meningkat” ujarnya.
Lebih lanjut Susila mengatakan akan terus bekerjasama dengan BPTP Bali dalam membina petani kopi di Kabupaten Tabanan dengan melaksanakan Bimtek terpadu. Ia berharap BPTP Bali siap dengan narasumber dan inovasinya pada setiap Bimtek yang akan diaksanakan.
Sementara itu Ir I Made Artana, MT Kepala Bidang Pembangunan Manusia dan Masyarakat (PPM) Badan Perencanaan dan Penelitian Pembangunan (Bapelitbang) Tabanan, menyampaikan bahwa meningkatkan pendapatan dan nilai tukar petani merupakan PR yang cukup berat dan pekerjaan itu menurutnya tidak pernah selesai. Terlebih-lebih petani dengan beragam komoditas dan luas lahan serta sekala usaha yang tergolong kecil.
“Petani sangat membutuhkan pendampingan dalam hal teknologi budidaya, pengolahan pasca panen, fasilitas pasar dan kelembagaan usaha agar mampu memenuhi kebutuhan pasar” jelasnya.
Selain itu I Made Artana juga menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya kepada BPTP Bali yang selalu siap mendampingi petani. ” Sejak lama BPTP Bali menjadi Mitra kami dalam melakukan berbagai inovasi program pertanian di Kabupaten Tabanan” ungkapnya. (BPTP Bali/Putu Sweken)