Jakarta, Technology-Indonesia.com – Itik merupakan komoditas ternak yang telah lama dibudidayakan oleh masyarakat Banten. Namun, pemeliharaan itik di Provinsi Banten dilaksanakan secara tradisional. Melalui berbagai kegiatan kajian dan diseminasi, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Banten memperkenalkan sistem pemeliharaan secara semi intensif dan intensif kepada peternak itik.
Wilayah Banten memiliki jenis itik lokal unggul yang dikenal dengan nama Itik Damiaking. Pemeliharaan itik tidak hanya dipelihara untuk diambil telurnya, tetapi juga daging itik yang merupakan salah satu sumber untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Banten. Di wilayah Kab. Serang, terdapat masakan khas dari itik atau bebek yang dikenal dengan sebutan Bebek Gerem Asem.
Umumnya pemeliharaan itik di Provinsi Banten dilaksanakan secara tradisional dengan pemeliharaan seadanya tanpa memperhitungkan kebutuhan hidup ternak dan umumnya dilaksanakan di areal persawahan. BPTP Banten pun memperkenalkan sistem pemeliharaan secara semi intensif dan intensif yaitu memelihara itik secara terkurung dalam periode waktu tertentu maupun secara terus menerus.
Dengan sistem tersebut, peternak perlu menerapkan tata laksana pemeliharaan yang meliputi tata laksana pakan dan perkandangan yang sesuai dengan kebutuhan itik. Selain itu, sistem pemeliharaan perlu dilaksanakan dengan menerapkan prinsip berbasis sumberdaya lokal untuk keberlanjutan usaha di masa mendatang.
Peneliti Bidang Peternakan BPTP Banten, Maureen CH menerangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan tata laksana pakan dalam budidaya itik. Pertama, konsisten dalam penerapan jadwal pemberian pakan itik. Pada saat DOD (daily old duck) sampai dengan umur 2 minggu, pakan diberikan ad-libitum. Mulai umur 2 minggu hingga umur >8 minggu, pakan diberikan 2 kali per hari dan air minum harus selalu tersedia.
Menurut Maureen, jumlah kebutuhan pakan dan kandungan gizi yang dibutuhkan berbeda pada tiap fase umur. Sementara air minum disediakan minimal 2 kali dari jumlah kebutuhan pakan/ekor/hari.
Formulasi pakan, lanjutnya, dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku pakan spesifik lokasi yaitu bahan baku pakan yang banyak tersedia di lokasi. Bahan baku pakan yang dipilih harus kontinyu ketersediaannya, memiliki harga terjangkau dan kandungan gizi yang dibutuhkan oleh itik.
Bahan pakan yang digunakan dalam formulasi pakan dihitung berdasarkan berat kering bahan. Hal ini perlu ditekankan oleh petugas pendamping kelompok mengingat peternak terbiasa menghitung jumlah pakan yang diberikan dalam bentuk basah. (Sumber BPTP Banten)
Tata Laksana Pemeliharaan yang Tepat Jaga Produktivitas Itik
