Jakarta, Technology-Indonesia.com -Peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan pola tanam Indeks Pertanaman (IP) 400 yaitu pola tanam dan panen padi empat kali dalam setahun pada lahan yang sama. Untuk mencapai IP Padi 400 maka perlu dilakukan rekayasa teknologi IP Padi 400.
Rekayasa teknologi ini mencakup enam aspek, yaitu penggunaan VUSG (Varietas Unggul Sangat Genjah) berumur 90-104 hari, berproduksi tinggi, teknologi hemat air, tanam benih langsung, persemaian culikan, dan pengembangan sistem monitoring dini.
Pada Rabu (5/5/2021) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah (Sulteng) melakukan pembinaan dan pendampingan pengembangan IP Padi 400 pada Kelompok Tani Jamba, di Kelurahan Pengawu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu. Pendampingan terhadap kelompok dilakukan bersama-sama oleh Peneliti/Penyuluh BPTP Sulteng dan Penyuluh Kelurahan Pengawu.
Untuk mendukung IP Padi 400 yang dicanangkan Kementerian Pertanian, BPTP Sulteng membuat percontohan pengembangan IP 400 pada lahan kelompok tani dengan menerapkan penanaman padi sistem tabela (tanam benih langsung) dan menggunakan VUSG Cakrabuana Agritan.
Peneliti BPTP Sulteng, Syafruddin menjelaskan bahwa berdasarkan deskripsinya varietas Cakrabuana Agritan memiliki umur 104 hari. Varietas dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) ini baik ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah dan menengah sampai ketinggian 600 mdpl. Potensi hasilnya 10,2 ton/ha dengan rasa nasi pulen.
Sementara sistem tanam benih langsung (tabela) merupakan sistem penanaman tanaman padi tanpa melalui proses persemaian dan pemindahan bibit padi. Hal ini sangat mendukung pengembangan pola tanam IP 400 karena menghemat waktu panen kurang lebih dua minggu jika dibanding dengan sistem tanam pindah.
Selain itu, penggunaan Atabela dapat mengurangi biaya tanam sekitar 80%. Penanamannya menggunakan alat tanam benih langsung (atabela) sistem jajar legowo 2 : 1. Alat ini menghasilkan 8 baris tanam jajar legowo 2:1. Adapun jumlah keluaran benih ditentukan oleh diameter lubang pada drum tempat benih dan ukuran benih. Lubang benih dapat mengeluarkan 3-5 butir benih setiap kali jatuh.
Penggunaan atabela mengatasi kekurangan tenaga kerja tanam, menghemat waktu tanam, menghemat biaya tanam dan jumlah penggunaan benih. Atabela merupakan teknologi tepat guna yang sederhana dan mudah dirakit oleh UPJA atau bengkel alsintan yang ada di daerah.Â
Namun dalam penggunaan sistem tabela, perlu pengawasan yang lebih ketat terhadap hama burung dan pengendalian gulma. Untuk mengatasi permasalahan gulma, dianjurkan untuk menggunakan herbisida pratumbuh dengan waktu dan dosis aplikasi yang tepat. Waktu aplikasi herbisida pratumbuh dilakukan pada 8 – 10 hari setelah olah tanah terakhir. (Sumber BPTP Sulteng)