Delapan Tahun Mengorbit, Ini Misi Satelit LAPAN-A2

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tepat pada 28 September 2015, satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI diluncurkan dari Sriharikota, India. Satelit LAPAN-A2 dioperasikan melalui Mission Control Center (MCC) Stasiun Bumi Rancabungur Bogor.

Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyudi Hasbi mengatakan, selama delapan tahun mengorbit satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI telah menunjukkan kontribusi para periset dalam memantau wilayah Indonesia dan membantu proses komunikasi untuk daerah-daerah yang dilanda bencana. Dengan teknologi tingginya, LAPAN-A2 mampu memberikan manfaat langsung secara luas kepada masyarakat.

“Tabungan pengetahuan yang dikumpulkan para periset BRIN selama beroperasinya satelit ini pada orbit ekuatorial yang berisiko tinggi, bernilai sangat tinggi. Selain itu juga menunjukkan bahwa kita memiliki kemampuan untuk merancang dan mengembangkan satelit nasional,” ujarnya.

Menurut Wahyudi, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari dukungan tim periset, operator satelit serta para pegiat amatir radio di seluruh dunia. Karenanya, Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN bertekad untuk terus berusaha mengembangkan teknologi satelit dalam menjawab kebutuhan nasional di masa depan.

Selama delapan tahun, satelit LAPAN-A2 telah melakukan operasional tracking, telemetry and command (TT&C) sekitar 6126 jam. Dilengkapi dengan digital space camera resolusi 3,5 meter dan lebar sapuan 7 kilometer. LAPAN-A2 sudah menghasilkan data citra lebih dari 2,7 juta kilometer persegi untuk mendukung penginderaan jauh.

Satelit hasil kolaborasi dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) ini juga dimanfaatkan untuk mendukung mitigasi bencana. Baik Voice Repeater (VR) maupun Automatic Packet Reporting System (APRS), kedua muatan ini dapat membantu proses komunikasi darurat di daerah bencana ketika komunikasi terestrial terputus.

Melalui muatan VR, satelit LAPAN-A2 dapat digunakan para amatir radio dalam mengirimkan pesan suara menggunakan Handheld Transceiver (HT) dan antena sederhana. Selama delapan tahun, muatan VR telah diaktifkan selama 1557 jam.

Sementara melalui muatan APRS, operator satelit dapat mengirimkan pesan singkat dalam bentuk teks kepada para amatir radio. Selain itu, data lain yang dapat dikirimkan dapat berupa gambar. Hingga 28 September 2023, muatan APRS telah diaktifkan selama 5021 jam.

Selain untuk mitigasi bencana, satelit LAPAN-A2/LAPAN-ORARI juga dapat melakukan pemantauan area maritim Indonesia. Melalui Automatic Identification System (AIS) satelit LAPAN-A2 dapat memantau pergerakan kapal laut di sekitar garis khatulistiwa. Hingga saat ini telah terkumpul 354 juta data pemantauan pergerakan kapal laut.

Satelit LAPAN-A2 mengorbit di ketinggian 630 kilometer di atas permukaan Bumi. Dengan orbit ekuatorial, satelit LAPAN-A2 dapat melintasi wilayah Indonesia sebanyak 14 kali sehari. Hal ini memungkinkan operator untuk lebih sering memantau kondisi satelit dan menjalankan misi.

Satelit LAPAN-A2 adalah satelit pertama yang 100 persen diproduksi di Indonesia oleh anak bangsa. Rancang bangun satelit ini dilakukan di Pusat Riset Teknologi Satelit, Bogor. Berbeda dengan pendahulunya, satelit LAPAN-A1/LAPAN-Tubsat diproduksi di Berlin, Jerman.

Penguasaan teknologi yang dimiliki oleh Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN telah memadai untuk pengembangan dan pengoperasian satelit pengamat bumi kelas 150 kilogram, dan satelit komunikasi low-datarate. Hal ini menunjukkan bahwa Pusat Riset Teknologi Satelit siap mengembangkan dan mengoperasikan satelit penginderaan jauh operasional, dan satelit komunikasi konstelasi orbit rendah.

Saat ini Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN sedang berfokus dalam penyelesaian satelit generasi keempat. Satelit ini membawa misi utama yang sama dengan Satelit LAPAN-A3/LAPAN-IPB, yakni citra multispektral resolusi menengah, namun dengan lebar citra 2x lipat atau 200 kilometer.

Selain misi penginderaan jauh, satelit ini juga memiliki misi pemantauan kapal laut serta misi pengukuran medan magnet bumi dengan kemampuan penerima data yang lebih baik. Selain mengemban misi dari BRIN, satelit generasi keempat ini juga akan membawa kamera inframerah milik Hokaido University, Jepang dan misi telekomunikasi low-datarate dari perusahaan startup Indonesia, PT Netra. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author