Sumsel dan Kalsel Contoh Pengembangan Rawa

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Menteri Pertanian Republik Indonesia, Amran Sulaiman menegaskan lahan rawa harus menjadi tumpuan produksi pangan di masa depan. Pengembangan rawa untuk pangan juga harus dilakukan terpadu dengan menyentuh semua aspek seperti teknis, sosial ekonomi dan kelembagaan yang berbasis riset dengan kearifan lokal.

“Sejarah membuktikan masyarakat lokal Sumsel dan Kalsel telah berhasil sejak dulu,” kata Amran pada rapat koordinasi di Bogor pada Rabu (26/6/2019).

Amran juga meminta peneliti Badan Litbang Pertanian membumikan hasil-hasil inovasinya agar bisa diadopsi petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. “Kita integrasikan local wisdom dengan kajian ilmiah. Tentu sebagai eksekutor adalah pemerintah daerah yang diharapkan menjadi integrator untuk menggerakkan petani dan penyuluh pertanian,” lanjutnya.

Pengembangan rawa untuk pangan itu dilakukan dengan Program Selamatkan Rawa Sejahterakan petani (Serasi) dengan dua model pengembangan di Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalimantan Selatan (Kalsel). “Grand design disusun lintas stakeholder seperti Balitbangtan, Ditjen teknis, dan pemda di kedua provinsi,” terangnya.

Menurut Amran, program pengembangan lahan rawa bukan mimpi di siang bolong karena Kementerian Pertanian (Kementan) telah membuktikan banyak hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. “Pada kurun 2015-2019 anggaran Kementan melandai, tetapi kita mampu buktikan ekspor meningkat sampai 10 juta ton dengan rata-rata 300 juta ton, PDB sektor pertanian 3,7% dan inflasi turun rata-rata 1% pada periode tersebut. Intinya tidak ada yang mustahil,” kata Amran.

Menurut peneliti di BPTP Sumsel, Dr. Budi Raharjo, para peneliti di Sumsel siap mendukung program tersebut. “Dengan dukungan pusat, maka pasukan di daerah siap begerak,” kata Budi.

Demikian pula Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) di Kalsel bertekad untuk mendampingi teknologi dan inovasi untuk pengembangan model di kedua provinsi tersebut. “Sejumlah peneliti dan teknisi yang telah kami latih akan tinggal mendampingi di lapangan,” kata kepala Balittra, Hendri Sosiawan.

Di lapangan Kementan membuat Demfarm yang dilaksanakan peneliti bersama petani dan penyuluh pada suatu kawasan yang memperagakan berbagai teknologi usahatani yang unggul dan telah teruji untuk dilihat, dicoba, dan dicontoh oleh petani sasaran.

Kawasan demfarm di Kalsel dan Sumsel dapat menjadi Kawasan Pertanian Sejahtera (Sapira) yang terdiri dari dua klaster. Klaster lengkap di dua lokasi dan klaster tidak lengkap di tujuh lokasi.

Klaster lengkap meliputi berbagai teknologi budidaya berbagai komoditas seperti padi, hortikultura, itik, dan ikan dengan alsintan, kelembagaan, dan bimbingan teknik. Sedangkan klaster tidak lengkap hanya teknologi budidaya padi.

Kawasan Demfarm melibatkan komponen fisik berupa penataan air dan lahan, teknologi, kelembagaan, manajemen riset dan koordinasi dalam suatu kawasan, serta dilaksanakan untuk mempercepat proses diseminasi. “Semoga dampak kegiatan ini peningkatan hasil dan sekaligus kesejahteraan petani,” kata Dr. Husnain, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author