Jakarta, Technology-Indonesia.com – Desa Kolongan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, menjadi saksi kehebatan varietas unggul baru (VUB) jagung hasil karya anak bangsa di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Upaya ini merupakan dukungan terhadap program Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Konstratani) di Sulawesi Utara (Sulut).
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulut, Yusuf dalam sambutan panen perdana jagung di wilayah tersebut (11/2/2020) menguraikan bahwa VUB jagung hibrida telah diuji adaptasi selama 4 tahun oleh BPTP Sulut, dengan hasil yang cukup baik. Keunggulannya tidak kalah dengan Jagung dari luar.
Faktor iklim dan alam menjadikan wilayah Sulut sangat potensial untuk pertanian. Buktinya, hampir semua komoditi pertanian yang ditanam, tumbuh subur di Sulut, termasuk jagung.
Yusuf mengungkapkan, Balai Penelitian Serealia (Balitsereal) di Maros, sebagai balai penelitian komoditas jagung nasional bersama BPTP Sulut setiap tahun mengalokasikan berbagai kegiatan di Sulut. Kegiatan tersebut antara lain seleksi ratusan galur-galur jagung, uji adaptasi, dan diseminasi sebagai rangkaian pengembangan VUB. Selain itu, pengkajian dan penerapan teknologi budidaya yang dapat meningkatkan produksi, bahkan pembinaan petani untuk memproduksi benihnya.
Dari keberhasilan tersebut, Balitsereal terus berupaya mencari mitra kerja untuk pengembangan benihnya di Sulut. Pada 2018, terjalin kerjasama dengan PT. Benindo dan PT. TWIIN untuk memberdayakan penangkar benih di daerah sehingga menjadi terampil memproduksi benih varietas HJ-21 dan Bima-20 URI.
Hasilnya, varietas tersebut tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan program pemerintah di Sulut, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan benih provinsi sekitar Sulut, diantaranya Maluku Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat.
Menurut Yusuf, pada awal 2019 kegiatan produksi benih diperluas dengan mengajak kerjasama PT. MSM/TTN untuk memproduksi benih varietas Nasa-29. Hasilnya sangat memuaskan petani binaan dan petani pengguna benih di kawasan tambang Mas Minut/Bitung. Pada pertengahan 2019, dilakukan pilot project produksi benih jagung hibrida berbasis korporasi petani, kerjasama dengan Direktorat Perbenihan, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulut, PT. TWIIN dan Badan Litbang Pertanian.
Luasan yang dikembangkan, 100 hektare (ha) di Minahasa, 52,5 ha di Minahasa Utara (Minut), 30 ha di Minahasa Selatan (Minsel), dan 20 ha di Minahasa Tenggara (Mitra) serta 21 ha di kota Tomohon yang hasilnya direncanakan sebagian akan diekspor ke Philipina pada Maret 2020. Sebagian lagi digunakan di Sulut serta provinsi sekitar. Jika ekspor itu terwujud, menurut Yusuf, maka Sulut tercatat sebagai daerah yang pertama mengekspor benih jagung hibrida hasil inovasi anak bangsa keluar negeri.
Melihat pertumbuhan tanaman jagung pada perbenihan sangat baik, dan semangat petani dan petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang tinggi di lapangan, pada tahun 2020 akan diperluas penangkaran menjadi 600 ha yang rencananya akan dilaksanakan di Minut, Minahasa, Mitra, Tomohon dan Minsel.
Untuk mendukung prosessing benihnya, PT. TWIIN bekerjasama dengan penangkar andalan Sulut, akan membangun pabrik pengolahan benih jagung berkapasitas di atas 1.000 ton. Nantinya Sulut diharapkan akan bertumbuh menjadi pusat perbenihan di kawasan Timur Indonesia selevel dengan Jawa Timur.
Untuk membuktikan dan menunjukkan kepada petani keunggulan benih jagung hibrida yang dihasilkan dari pilot project tersebut, dibuat demplot di Desa Kolongan. Pada Demplot ini, ada 4 varietas hasil penelitian Balitsereal yang ditampilkan yaitu JH-37, JH-45, Nasa-29, dan Bima-20 URI. Keempat varietas ini disandingkan dengan varietas yang diunggulkan petani selama ini di wilayah Sulut yaitu Bisi-18.
Dengan perlakuan dan pemeliharaan yang sama oleh petani pelaksana, ternyata hasil ubinannya tidak berbeda, bahkan ada yang melebihi BISI-18. Hasil ubinan Bima-20 sebanyak 10,2 ton/ha; JH-37 sebanyak 10,2 ton/ha; JH-45 sebanyak 9,4 ton/ha; Nasa-29 sebanyak 10,5 ton/ha dan Bisi-18 sebanyak 10,1 ton/ha.
Kegiatan panen tersebut dihadiri Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Kepala Distannak Provinsi Sulut Novly Wowiling, Dekan Fakultas Pertanian Unsrat Roberth Molenar, Kepala Balai Karantina Kls I Manado Junaidi, Kepala Balit Palma Manado Ismail Maskromo, Anggota Dewan Sulut Wenny Lumentut, Kepala Distannak Kabupaten Minut, Camat Kalawat, para penyuluh dan eneliti, para petani penangkar petani binaan dan Petugas BPSB. (BPTP Sulut/Artur)