Jakarta, Technology-Indonesia.com -Produktivitas padi di Kalimantan Barat (Kalbar) saat ini masih tergolong rendah sekitar 2,9 ton/ha. Karena itu, perlu dilakukan pengkajian teknologi budidaya padi lahan pasang surut mengunakan varietas unggul baru (VUB) padi dari Badan Litbang Pertanian yang berpotensi hasil tinggi. Diantaranya, Inpara 2, Inpari 46 GSR, Inpari 48 Blas, Inpari 32, dan Inpari IR Nutri Zinc.
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalbar Rustan Massinai menyampaikan hal tersebut dalam sosialisasi kegiatan budidaya padi produksi tinggi pada lahan pasang surut di Desa Parit Madiun, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya pada Senin (24/5/2021).
Sampai saat ini produktivitas padi di Kubu Raya khususnya Desa Parit Madiun Sui Kakap ini hanya berkisar antara 3-3,5 ton/ha. Secara umum rendahnya produktivitas padi di Kubu Raya disebabkan oleh banyaknya serangan tikus, dan masih banyaknya mengunakan varietas lokal.
Karena itu, perlu dilakukan pengendalian tikus secara gotong royong. Bergandeng bersama BPTP Kalbar, BPP Sui Kakap, Gapoktan dan Poktan mengunakan VUB berproduksi tinggi. “Kita sama-sama bertekad untuk meningkatkan produksi padi di Kecamatan Sui Kakap, dengan keyakinan yang kuat bahwa hal ini akan dapat kita capai,” tuturnya.
Kegiatan sosialisasi bertujuan untuk menyamakan persepsi petani kooperator dalam pelaksanaan kegiatan. Sosialisasi membahas semua permasalahan yang mungkin akan terjadi dalam proses pelaksanaan kegiatan sehingga semua kendala dalam kegiatan ini dapat segera dicarikan solusinya. Harapannya, kegiatan dapat berjalan dengan baik sesuai rencana dan seluruh target ouput dalam dapat tercapai.
Kegiatan dihadiri Koordinator BPP Sui Kakap, Ketua Gapoktan Madiun Bersatu, Ketua Poktan Karya Bersama dan Petani Kooperator.
Menurut Koordinator BPP Sui Kakap kegiatan dari BPTP Kalbar merupakan kegiatan yang mengunakan teknologi baru dalam budidaya padi, sehingga kedepannya Penyuluh yang ada di Kecamatan Sungai Kakap dapat ikut terlibat dalam kegiatan sehingga ilmu budidaya pertanian penyuluh dapak terupdate.
Ia berharap kepada seluruh petani, agar kegiatan yang sudah direncanakan harus sesuai dengan keadaan di lapangan sehingga dapat meminimalisir kemungkinan kendala yang akan dihadapi.
Pada kesempatan ini Peneliti Kalbar, Muhammad Hatta menyampaikan komponen teknologi yang digunakan yaitu Teknologi Budidaya Padi secara RAISA. Teknologi RAISA adalah Teknologi Padi Rawa Pasang Surut Intensif, Super, dan Aktual yang merupakan rangkaian komponen teknologi yang pada prinsipnya mengambil dari Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi pasang surut.
Kunci utama dari kegiatan RAISA adalah pengelolaan pengairan. Komponen teknologi RAISA meliputi pemilihan VUB dan pengelolaan tata air mikro. Selanjutnya, penggunaan pupuk harus sesuai dengan PUTR (Perangkat Uji Tanah Rawa) dan tinjau pemupukan berkala dengan menggunakan BWD (Bagan Warna Daun).
Komponen lainnya adalah pemberian kapur diperlukan jika pH dibawah 5, pengelolaan organisme pengganggu tanaman, dan penanganan pascapanen.
Melalui kegiatan ini, produktivitas padi di Sui Kakap diharapkan dapat mencapai 6 ton/ha, berkembang banyak jenis VUB Padi dan dapat meningkatkan IP menjadi 300 sehingga dapat meningkatkan produktivitas padi di Kab. Kubu Raya. (Sumber BPTP Kalbar)