TechnologyIndonesia.id – Lahan kering di Indonesia memiliki potensi besar untuk dioptimalkan sebagai lahan produktif melalui penerapan teknologi budi daya yang tepat. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas adalah sistem tumpangsari atau tanam ganda.
Sistem tumpangsari memungkinkan berbagai jenis kacang-kacangan ditanam bersamaan dengan jagung di lahan kering. Aneka kacang dan jagung merupakan sumber protein nabati utama yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat, bahan baku pakan ternak, serta industri pangan.
Sistem ini meningkatkan efisiensi penggunaan lahan serta hasil produksi secara keseluruhan. Diversifikasi tanaman juga penting untuk mengoptimalkan produktivitas dan mengurangi risiko gagal panen.
Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Runik Dyah Purwaningrahayu menekankan bahwa tanaman kacang-kacangan memiliki peran strategis dalam mendukung swasembada pangan, sekaligus menjadi sumber nutrisi utama setelah padi dan jagung.
Menurutnya, potensi lahan kering yang ada di Indonesia sebenarnya cukup besar untuk produksi aneka kacang. Namun, peningkatan produksi aneka kacang memiliki beberapa kendala diantaranya kurang kompetitif dibanding usahatani komoditas lain, kurang memiliki daya saing yang kuat pada perdagangan antar wilayah maupun ekspor dan sebagai tanaman sekunder.
“Salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas tanaman kacang adalah dengan menerapkan sistem tanam tumpangsari, karena kompetisi dalam meningkatkan produksi melalui monokultur sangat tinggi,” paparnya dalam Webinar Teras-TP #1 bertajuk ‘Dukungan Teknologi Produksi Aneka Kacang dan Jagung dalam Mewujudkan Swasembada Pangan’ pada Selasa (11/02/2025).
Runik juga menyampaikan jika budi daya tanaman aneka kacang secara tumpangsari di lahan kering mempunyai potensi dan prospek cukup baik untuk meningkatkan produksi tanaman aneka kacang nasional. Di lahan Perkebunan, tanaman aneka kacang dapat dikembangkan di antara tanaman perkebunan umur kurang dari 4 tahun dengan tingkat naungan kurang dari 50%.
Di lahan kering iklim basah, tanaman aneka kacang dapat dikembangkan secara tumpang gilir di antara tanaman pangan utama hingga indeks pertanamannya dapat mencapai 2-3 kali per tahun sehingga diharapkan pendapatan petani meningkat.
“Di lahan kering iklim kering, ternyata tumpangsari tanaman pangan utama dengan aneka kacang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Chendy Tafakresnanto, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Tanaman Pangan ORPP BRIN juga menyampaikan paparan terkait kendala dan prospek pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan aneka kacang untuk mendukung ketahanan pangan.
Menurutnya, keragaman sumber daya lahan Indonesia merupakan modal dasar pengembangan berbagai komoditas pertanian secara berkelanjutan (sustainable).
Namun, masih ada berbagai tantangan dan permasalahan sumber daya lahan dalam mendukung ketahanan pangan diantaranya peningkatan produktivitas tidak signifikan, pengurangan lahan produktif, penggunan pupuk kurang rasional, pencermaran lingkungan, perubahan iklim, erosi dan longsor, dan perluasan areal baru.
“Adapun strategi dalam meningkatkan produksi tanaman aneka kacang antara lain adanya peningkatan luas tanam dan produktivitas, pengembangan yang berbasis kawasan dan korporasi, pengembangan varietas unggul baru melalui demplot/demfarm dengan melibatkan petani, poktan, dinas, dan pengusaha (swasta),” jelasnya.
Terkait pengembangan varietas, menurutnya disesuaikan dengan keinginan pasar, perancangan program pengembangan tanaman aneka kacang lahan kering yang riil dan serius, pendampingan dan pengawalan harus dilakukan, kerja sama dengan swasta sebagai off taker.
Chendy juga mengingatkan pentingnya kebijakan yang berpihak pada petani. “Impor harus dikendalikan dan dikenakan bea masuk yang agak tinggi agar petani bergairah untuk tanam aneka kacang. Demikian juga harga ditingkat petani harus dijaga dan tanaman aneka kacang tidak harus swasembada semua,” kata Chendy.
Teknologi Produksi Jagung
Peneliti Ahli Utama, Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Syafruddin mengatakan jika teknologi produksi jagung cukup tersedia untuk meningkatkan produktivitas guna swasembada bahkan berpeluang menjadi salah satu lumbung pangan dunia.
Namun, hal tersebut tidak semudah yang dibayangkan karena ketersedian sarana produksi terutama benih dan pupuk sering menjadi kendala (harga, jumlah dan ketepatan waktu).
Untuk itu, Syafruddin menegaskan bahwa diperlukan kebijakan kelembagaan, subsidi dan lainnya untuk menjamin ketersediaan jagung saat dibutuhkan.
“Selain jaminan harga saat panen, juga diperlukan penelitian lebih lanjut terkait beragamnya agroekosistem pengembangan jagung, adanya perubahan ilklim, dan tuntutan peningkatan produktivitas dan produksi jagung,” jelasnya.
Founder dan CEO KORA, Dian Prayogi Susanto memaparkan inovasi teknologi pengeringan jagung bagi petani. Selama ini, pengeringan jagung secara tradisional di bawah sinar matahari memakan waktu hingga tujuh hari dan sering kali tidak optimal.
“Akibatnya, petani terpaksa menjual hasil panennya dalam kondisi basah, yang berujung pada kerugian,” jelas Dian.
Dengan adanya inovasi teknologi dan sinergi berbagai pihak, diharapkan produksi aneka kacang dan jagung di Indonesia dapat meningkat secara signifikan, sehingga target swasembada pangan nasional dapat tercapai lebih cepat. (Sumber brin.go.id, foto: diperpa.badungkab.go.id)
Sistem Tumpangsari di Lahan Kering Tingkatkan Produktivitas Aneka Kacang dan Jagung
![](https://technologyindonesia.id/wp-content/uploads/2025/02/tumpangsari-kacang-jagung.jpg)