Kualanamu, Technology-Indonesia.com – Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menggelar Seminar Internasional Teknologi Peternakan dan Veteriner pada 16-17 Oktober 2018 di Kualanamu, Sumatera Utara (Sumut). Seminar Internasional ini membahas pengelolaan peternakan yang smart, ketersediaan breeding stock berkelanjutan dan distribusinya untuk mendukung pertanian modern.
Pada kegiatan tersebut dilaksanakan kunjungan lapang (field trip) ke Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih dan Open Nucleus Breeding System (ONBS) Kambing Panurusan Samosir. Seminar dilanjutkan dengan Workshop Small Ruminant-Collaborative Research Support Program (SR-CRSP) pada 18-19 Oktober 2018 di Parapat, Sumatera Utara.
Kepala Puslitbangnak Atien Priyanti mengatakan Puslitbangnak melakukan kegiatan rutin setiap tahun seperti seminar terkait hasil-hasil litbang baik tingkat nasional maupun internasional. Kegiatan seminar internasional dilaksanakan setiap dua tahun sekali.
“Tujuannya bagaimana kita mendiseminasikan hasil-hasil penelitian kita kepada masyarakat luas, stakeholder terutama kepada para peneliti, dosen, hingga end user dalam hal ini peternak,” tutur Atien di sela Seminar Internasional Teknologi Peternakan dan Veteriner pada Selasa (16/10/2018) di Kualanamu, Sumut.
Khusus seminar internasional tahun ini, ungkap Atien, agak sedikit unik karena beberapa invited speaker merupakan peneliti-peneliti asing yang pernah bekerjasama dengan Indonesia dalam kegiatan SR-CRSP yang dimulai dari 1980.
“Saya tidak bisa menahan emosi karena bisa bertemu lagi setelah sekian puluh tahun. mereka masih mengganggap bahwa Indonesia ini menjadikan salah satu negara yang berhasil di dalam mengimplementasikan hasil-hasil riset,” tutur Atien.
Narasumber yang hadir diantaranya dari American Institute for Goat Research, School of Agriculture and Applied Sciences, Langston University, UK; Economical Principal Investigator Sub-program, Arkansas, US; New Zealand Agricultural Greenhouse Gas Research Centre, New Zealand; Climate Policy Expert, International Center for Tropical Agriculture (CIAT), Regional Office for Asia, Vietnam; peneliti senior Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian; serta Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (HIMPULI).
Lebih lanjut Atien menerangkan, seminar internasional tahun ini bertema Smart Livestock Management to Support Breeding Stock Availability Towards Modern Agriculture. Tema ini sesuai dengan upaya Kementerian Pertanian yang telah mencanangkan tahun 2018 sebagai Tahun Perbenihan/Perbibitan Nasional. Sementara kegiatan Workshop bertemakan Participatory and Community Based Breeding, Nutrition, and Socio-Economic Managements to Support New Strategy for Small Ruminant Industry in Indonesia.
Dukungan teknologi peternakan sangat penting untuk ketersediaan dan pengembangbiakan ternak. Serta, harus bergantung pada pengelolaan peternakan yang smart dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal baik sumberdaya genetik ternak dan tanaman pakan ternak, pemanfaatan limbah pertanian, sistem pemuliaan ternak dan untuk meminimalkan pemborosan energi.
“Di sisi lain, teknologi veteriner termasuk pengembangan vaksin baru, obat-obatan, tes kit diagnosis kebuntingan yang cepat dan lainnya sangat penting untuk menunjang pertanian modern,” lanjutnya.
Permintaan makanan protein hewani, terutama daging sapi, daging kambing, unggas, dan produk susu meningkat di seluruh dunia. Hal ini diikuti peningkatan emisi metana sebagai produk sampingan dari fermentasi enterik. Karena itu, setiap upaya harus dilakukan untuk mengurangi jumlah metana yang dipancarkan oleh produksi ternak.
“Petani ternak dapat menggunakan aditif makanan untuk memaksimalkan penyerapan protein pakan, mengurangi jumlah pakan yang diperlukan, dan menggunakan penghambat metana untuk mengurangi emisi gas metana hingga 30%,” terang Atien.
Dengan perbaikan genetika, perawatan hewan dan praktik kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan produktivitas hewan dan memberikan manfaat besar bagi lingkungan. Teknologi dan praktik seperti ini telah membantu meningkatkan produktivitas sapi dan sapi perah.
Menurut Atien, sejumlah penemuan ilmiah telah memodernkan pertanian dan mengarah pada munculnya sistem produksi intensif. Kemajuan lain dalam bioteknologi, biologi molekuler, teknologi informasi, dan teknologi nano memastikan bahwa tidak hanya praktik pertanian menjadi lebih produktif, tetapi juga lebih berkelanjutan dan efisien.
Bersamaan dengan perkembangan pertanian, aspek lain dalam industri telah mengalami revolusi pertanian termasuk teknologi peternakan dan membawa perspektif baru pada semua aspek mesin pertanian dan peternakan. “Karena itu, peran peternakan yang smart akan menjadi ciri masa depan pasokan produk ternak ramah lingkungan yang aman, efisien, dan ramah lingkungan,” pungkasnya.