Jakarta, Technology-Indonesia.com – Clean Groundwater Inc. Korea Selatan mengajak Balai Konservasi Air Tanah (BKAT) Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggunakan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) dengan tingkat akurasi sangat tinggi untuk memantau air tanah.
Selama ini BKAT melakukan pemantauan air tanah di wilayah cekungan air tanah Jakarta menggunakan alat telemetri dengan teknologi sensor pressure.
“Hari Senin tanggal 17 Juli 2023 yang lalu, Balai Konservasi Air Tanah kedatangan Research Team dari Clean Groundwater Tech Inc., Korea yang dipimpin oleh Mr. Raphael Yoon yang berlatar belakang peneliti pada Korea Institute of Geoscience (KIGAM),” ujar Kepala BKAT Taat Setiawan pada Jumat (21/7/2023).
“Pada pertemuan tersebut dilakukan presentasi dan uji coba produk hasil inovasi teknologi pemantauan air tanah menggunakan teknologi LiDAR dengan tingkat akurasi sangat tinggi,” imbuhnya.
Melalui kunjungan tersebut, Balai Konservasi Air Tanah mendapatkan wawasan dalam aplikasi teknologi pemantauan air tanah yang saat ini sangat dibutuhkan di Indonesia.
“Balai Konservasi Air Tanah sangat berterima kasih atas kunjungan tersebut. Pengembangan teknologi pemantauan air tanah berbasis telemetri tersebut sebagai salah satu instrumen vital untuk kegiatan konservasi air tanah dalam mengatasi berbagai permasalahan lingkungan terkait air tanah,” lanjutnya.
Taat mengungkapkan, saat ini teknologi yang diterapkan pada sumur pantau di Indonesia masih menggunakan telemetri dengan sensor preassure untuk membaca posisi kedalaman muka air tanah dan alat tersebut memiliki kekurangan dalam keakuratan pembacaan data.
“Kelemahan dari alat tersebut akurasinya sangat terpengaruh oleh endapan yang terakumulasi pada sumur pantau sehingga akan mempengaruhi pembacaan posisi muka air tanah,” ungkap Taat.
Selain menggunakan sensor pressure, BKAT juga telah mengembangkan teknologi pemantauan air tanah dengan menggunakan non contacting water level sensor dengan memanfaatkan gelombang ultrasonic untuk mendapatkan posisi kedalaman muka air tanah dan belum pernah menggunakan teknologi LiDAR.
Karena itu, Taat berharap dengan kerja sama teknologi yang ditawarkan Clean Groundwater Inc. Korea ini akan dapat membantu BKAT dalam memantau air tanah dengan lebih akurat dan presisi lagi.
LiDAR sendiri merupakan sebuah teknologi peraba jarak jauh optik (penginderaan jauh) yang mengukur properti cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan/atau informasi lain dari target yang jauh.
Di Indonesia teknologi LiDAR belum pernah diterapkan pada sumur pantau untuk memantau air tanah, biasanya LiDAR digunakan untuk mendeteksi objek di darat dan perairan dengan menggunakan pesawat atau drone untuk mendukung berbagai analisis seperti elevasi topografi, distribusi sumber daya mineral, memantau kemiringan lereng, kelautan dan lain sebagainya.
Selain itu, pihak Clean Groundwater Tech juga ingin melakukan kerja sama penelitian air tanah di Indonesia, khususnya Jakarta.
Kerja sama tersebut berkaitan dengan aplikasi inovasi teknologi berkelanjutan untuk mengumpulkan data, menafsirkan, dan meramalkan kondisi air tanah, serta memberikan solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan lingkungan terkait air tanah di Indonesia, seperti degradasi air tanah, amblesan tanah, intrusi air laut, dan pencemaran air tanah.