Pupuk Organik Cair dari Urine Sapi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kesadaran masyarakat semakin tinggi akan bahaya penggunaan bahan kimia dalam pertanian seperti seperti pupuk, pestisida, insektisida, herbisida dan zat pengatur tumbuh. Masyarakat mulai beralih menggunakan bahan organik untuk menghasilkan pangan sehat dan bergizi tinggi.

Penggunaan pupuk organik cair (POC) menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi pengunaan bahan kimia dalam budidaya pertanian. Pupuk organik cair merupakan larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan (urine) yang memiliki beberapa kandungan unsur hara.

Kelebihan dari pupuk organik cair mampu bereaksi dengan cepat karena bersifat volatil sehingga lebih cepat dapat diserap tanaman dan bereaksi sempurna ditanah. Namun memiliki kelemahan mudah menguap dalam tanah. Karena itu saat aplikasi kedalam tanah maka tanah sekitar tanaman perlu digemburkan agar POC efektif.

Pupuk organik cair yang berasal dari urine sapi dinamakan bio-urine. Bio-urine merupakan urine yang diambil dari ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan lainnya yang dilakukan fermentasi untuk digunakan sebagai pupuk tanaman yang ramah lingkungan.

Urine ternak sapi segar mengandung hara yang masih rendah, serta mengandung unsur patogen bagi tanaman. Karena itu disarankan urine digunakan setelah dilakukan fermentasi yang umum disebut bio-urine. Teknologi pengolahan urine ternak sapi sangat sederhana dan bernilai ekonomis serta dapat meningkatkan pendapatan peternak itu sendiri.

Beberapa manfaat bio-urine antara lain mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah; merangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit; sebagai pupuk daun organik; dan mencegah datangnya berbagai hama tanaman. Bio-urine yang dicampur pestisida organik bisa membuka daun yang keriting akibat serangan thrip.

Pupuk cair bio-urine memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, mudah membuatnya, serta harganya murah. Pupuk cair bio-urine memilki jumlah kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak dibandingkan dengan kotoran sapi padat. Volume penggunaannya lebih hemat dibandingkan pupuk organik padat serta aplikasinya lebih mudah karena dapat diberikan dengan penyemprotan atau penyiraman.

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Riau (Kepri) Sugeng Widodo menyampaikan bahwa teknologi pembuatan POC bio-urine perlu dikembangkan di tingkat petani. Limbah cair urine ini belum banyak dimanfaatkan oleh petani/peternak dan selama ini terbuang dengan percuma.

Jika diproses dengan baik melalui fermentasi dan pencampuran molase, pupuk hayati akan bernilai ekonomi tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan biourin sapi yang diperkaya dengan pupuk hayati dengan mikroba sebanyak 30 ml, dan molase 750 ml pada 10 liter urin mampu meningkatkan N-total 860%, bahan organik 282%, dan populasi mikroba sebesar 1229%.

Pengunaan teknologi pemanfaatan bio-urine sapi diterapkan BPTP Kepri pada petani kooperator BPTP Balitbangtan Kepulauan Riau salah satunya di lokasi peternakan Andi Purwanto di Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan. Tim peneliti BPTP Kepri yaitu Salfina A. Nurdin dan kawan-kawan memperkenalkan dan mendampingi peternak sapi pada Kelompok Tani Tunas Jaya di Desa Malang Rapat Bintan, mulai proses pembuatan bio-urine dan sampai pengaplikasiannya untuk budidaya tanaman.

Komposisi bio-urine meliputi urine sapi 200 liter, tanaman Physalis 5 kg, gula merah 5 kg, garam tanpa yodium 2 kg, kotoran sapi 10 kg, EM4 tanaman 1 liter, EM4 perikanan 0,5 liter, dan daun sukun 5 kg. Untuk membuat bio-urine pertama kali timbang semua bahan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Selanjutnya urine ternak sebanyak 200 liter dimasukkan kedalam drum plastik. Sementara, tanaman physalis dan daun sukun digiling sampai halus kemudian dimasukkan dalam drum berisi urine. Proses selanjutnya, larutkan gula merah dan garam.

Setelah semua bahan tercampur, selanjutnya aduk sampai rata dan drum ditutup rapat. Fermentasikan selama 14 hari, larutan substrat bio-urine harus dipompa menggunakan pompa mesin akuarium selama 4 jam sehari dan tutup kembali drum dengan rapat. Proses ini dilakukan selama 14 hari

Setelah 14 hari bio-urine langsung disaring dan lakukan aerasi menggunakan aerator gelembung selama 5 jam sehari selama 14 hari. Tujuannya untuk menurunkan kandungan amoniak dalam larutan. Selanjutnya bio-urine siap digunakan. (BPTP Kepri/ Irma O., Gokma A. & Jonri S.)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author