Penyakit Embun Tepung Sebabkan Buah Rambutan Gundul dan Kecoklatan

Jakarta, Technology-Indonesia.com -Buah rambutan memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi. Namun, sejak lima sampai sepuluh tahun terakhir buah rambutan di berbagai daerah terserang berat penyakit embun tepung. Bahkan serangan penyakit embun tepung ini telah mencapai tingkat epidemi.

Kandungan gizi pada buah rambutan diantaranya karbohidrat, protein, lemak, fosfor, kalium, kalsium, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B12, folat, mangan, magnesium, zat besi dan vitamin C. Di dalam 100 gram buah rambutan, terdapat kandungan kalori 69 kalori, 66,75 mg vitamin C. Selain itu, rambutan juga memiliki kadar serat juga tinggi, yaitu 2 gram per 100 g buah, sehingga sangat cocok untuk orang yang ingin diet menurunkan berat badan.

Kulit buah rambutan mengandung tanin dan saponin, yang dapat digunakan untuk obat disentri dan demam. Bijinya mengandung lemak dan polifenol yang dapat digunakan untuk mengatasi diabetes mellitus atau penyakit kencing manis. Daun mengandung tannin dan saponin. Kulit batang mengandung tannin, saponin, flavonida, asam pektat, dan zat besi dan dapat dibuat sebagai obat kumur sebagai obat sariawan.

Menurut Sahlan, Peneliti hama dan penyakit tanaman Balai Penelitian Buah Tropika (Balitbu Tropika), sampai saat ini secara kuantitas belum diketahui secara pasti berapa kerugian akibat serangan penyakit embun tepung. Yang jelas, penampilan buahnya setelah matang sangat tidak  menarik karena rambut-rambutnya menjadi pendek dan cenderung gundul.

Penyakit embun tepung, terang Sahlan, dilaporkan untuk pertama kalinya di Indonesia menyerang tanaman rambutan di Bogor dan Jakarta oleh T. Hadiwijaya pada tahun 1949. Penyebab penyakit ini adalah jamur spesies Oidium sp. Karena jamur ini diduga hanya menyerang tanaman rambutan, maka diberi nama O. nephelii nov.sp. Hadiwijaya. Jamur ini merupakan parasit obligat, artinya tidak dapat dibiakkan pada media nutrisi buatan.

Jamur O. nephelii nov.sp. Hadiwijaya menghasilkan miselium yang hanya tumbuh pada permukaan jaringan tanaman, tidak pernah menyerang jaringan itu sendiri. Jamur ini mendapatkan nutrisi dari tanaman dengan membentuk haustoria yang masuk ke dalam sel-sel epidermis organ tanaman. Pada permukaan tanaman, miselium menghasilkan konidiofor yang pendek ukurannya. Setiap konidiofor menghasilkan rantai konidia yang berbentuk telur yang mudah disebarkan oleh angin.

Sahlan menerangkan bahwa jamur ini terutama menyerang bagian vegetatif dan reproduktif yang masih muda dan aktif tumbuh seperti tunas, bunga dan buah. Sementara, daun dan buah yang sudah tua tidak terserang.

Gejala penyakit pada buah pertama kali ditujukkan dengan adanya butir-butir menyerupai tepung berwarna putih menyelimuti permukaan bunga, buah, tunas, maupun daun-daun muda. Infeksi penyakit awal pada buah akan menyebabkan perkembangan buah menjadi lambat, berubah bentuk, nekrosis dan rambut-rambut buah menjadi memendek. Akibatnya buah yang terserang embun tepung akan berubah warnanya menjadi kecoklat-coklatan.

Penyakit embun tepung dapat menyerang tanaman di pembibitan sepanjang tahun. Hal ini disebabkan karena biasanya bibit di pembibitan diberi naungan sehingga kelembaban relatif berkisar 71-81%. Dalam ruangan laboratorium, spora yang matang mampu berkecambah tinggi yaitu 76-100% ketika disimpan selama satu sampai tiga hari dalam wadah kering.

Cara Pengendalian

Untuk saat ini, jamur embun tepung merupakan salah satu kelompok penyebab penyakit yang paling banyak tersebar dan merusak pertanaman rambutan di seluruh dunia seperti Sri Langka, Thailand, Malaysia, Philipina dan Indonesia. Karena itu Departemen Perdagangan Amerika mawajibkan eksportir yang akan mengekspor buah segar rambutan ke Amerika selain melampirkan sertifikat phytosanitary juga harus menyertakan deklarasi tambahan yang menyata-kan bahwa kiriman telah diperiksa dan bebas dari penyakit embun tepung O. Nephelii.

Beberapa upaya pengendalian penyakit embun tepung dapat dilakukan kultur teknia untuk mengurangi kelembaban kebun dan pohon dengan cara: memotong dan membuang cabang-cabang air, cabang-cabang yang sudah tua dan mati, sisa-sisa tangkai buah setelah panen, dan juga membersihkan gulma yang tumbuh di bawah dan sekeliling pohon.

Secara kimiawi dapat dilakukan dengan cara penyemprotan tanaman pada saat bunga mekar maupun pada saat terjadinya petunasan daun dengan fungisida yang mengandung senyawa sulfur (kontak) atau chlorothalonil (kontak) atau Hexaconazole (sistemik). Namun harus dipertimbangkan antara biaya penyemprotan fungisida dengan hasil jual buah rambutan yang akan diperoleh serta dampak negatifnya terhadap kesehatan dan lingkungan.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author