Jakarta, Technology-Indonesia.com – Padi gogo merupakan salah satu komoditas yang beradaptasi di lahan-lahan kering suboptimal. Pengembangan padi gogo secara luas sering terkendala pada ketersediaan benih.
Potensi sumberdaya genetik Riau yang beragam, menghasilkan beberapa varietas padi ladang/gogo lokal di Provinsi Riau. Salah satu mandat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Riau adalah melestarikan dan mengembangkan sumberdaya genetik lokal atau kultivar spesifik lokasi.
Untuk itu, BPTP Balitbangtan Riau bekerjasama dengan Pemda Provinsi Riau melaksanakan pengembangan padi gogo lokal, untuk mendukung program Riau Bertani dan kecukupan produksi pangan daerah. Salah satu langkah untuk mengembangkan padi gogo lokal adalah pelepasan varietas yang didahului uji multilokasi.
BPTP Balitbangtan Riau dan Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau melakukan seleksi dan uji multilokasi padi gogo lokal dalam kondisi ekosistem lahan kering. Salah satu Lokasi kajian ada di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Kubang, Kabupaten Kampar.
Kegiatan penanaman dilakukan pada Sabtu (12/6/2021) bersama Kepala BPTP Balitbangtan Riau, Salwati dan Penjab Kegiatan, Parlin H Sinaga beserta tim.
Sebanyak 16 varietas padi gogo yaitu Kalpatali Rambah Samo, Kalpatali Rambah Hilir, siperak, sisungke, jangkar durian, sikuning, kuning kampar, kuok, coku, napal merah, napal putih, kulit manis, rotan, silobah, lokun, dan pembanding Inpago 12 ditanam pada plot plot yang telah disiapkan.
Dengan terpilihnya genotipe terbaik nantinya, maka selanjutnya akan diupayakan dilepas dan diperbanyak serta dieksploitasi karakter terbaiknya untuk perbaikan varietas sedangkan karakater lemahnya akan ditingkatkan.
Pemurnian Varietas
Provinsi Riau memiliki potensi lahan kering 306.507 hektare (ha). Namun menurut Kementerian Pertanian, luas panen padi ladang tahun 2018 di Riau hanya 13.950.
Beberapa varietas padi gogo lokal telah dibudidayakan masyarakat secara turun-temurun, seperti Varietas Kalpatali dan Si Kuning (berasal dari Rokan Hulu); Varietas Santan dan Pulau Petai (dari Kabupaten Kuantan Singingi); dan varietas Dara, Kulit Manis, Padi 4 Bulan, dan Ketitir (dari Bengkalis). Varietas-varietas lokal ini berpotensi hasil rendah, namun toleran terhadap kekeringan dan pH rendah.
Produksi padi gogo di Provinsi Riau tahun 2010 sebesar 67.494 ton/tahun, dengan tingkat produktivitas 2,72 ton/ha, dan kontribusi produksi padi gogo baru mencapai 5–6%.
Hal ini yang mendasari keinginan Pemda Riau untuk memurnikan varietas lokal padi gogo untuk memenuhi kebutuhan benih padi untuk lahan kering. Melalui kerjasama Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau dengan BPTP Riau tahun 2020-2025.
Pemurnian varietas lokal merupakan suatu usaha pengembalian mutu sesuai dengan kemantapan sifat-sifat unggul suatu varietas lokal yang belum dilepas, namun sudah tersebar/digemari/dominan di suatu daerah.
Sementara, perbaikan varietas lokal merupakan tindakan pemuliaan untuk memperbaiki sifat-sifat varietas lokal menjadi lebih genjah, hasil tinggi, dan toleran cekaman lingkungan.
Dengan adanya varietas unggul padi gogo spesifik lokasi Provinsi Riau diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benih padi lahan kering yang akan mendukung program swasembada pangan Provinsi Riau. (Sumber BPTP Riau)