Jakarta, Technology-Indonesia.com – Salah satu target pembangunan pertanian saat ini adalah kedaulatan pangan yang ditindaklanjuti melalui upaya percepatan pencapaian swasembada pangan. Antara lain dengan upaya khusus (Upsus) pengembangan luas tanam dan produksi padi, jagung dan kedelai (Pajale). Pencapaian swasembada berkelanjutan pada komoditas jagung yang dimaksud adalah peningkatan produksi jagung secara nasional.
Guna mencapai target diperlukan upaya peningkatan produksi jagung setiap tahunnya minimal 10%, yang ditempuh melalui program perluasan aeral jagung tiga juta hektare dengan sistem integrasi jagung kebun/hutan dan kemitraan dengan petani jagung.
Sulawesi Tengah (Sulteng) pada tahun 2015 memiliki luas panen jagung 32.502 hektare dengan produksi sebesar 131.123 ton dan produktivitas 40,34 kuintal/hektare. Pada tahun 2014 luas panen jagung 41.647 hektare dengan produksi 170.201 ton dan produktivitas 40,87 kuintal/hektare. Dari data tersebut, Sulteng mengalami penurunan luas panen dan produktivitas jagung.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng melalui kegiatan Dukungan Perbenihan Komoditas Program Strategis Kementerian Pertanian tahun 2021 ini melakukan penangkaran jagung untuk mendapatkan benih sumber. Lokasi kegiatan di Desa Sibonu, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi dengan luas 4 hektare. Kelompoktani pelaksana adalah Kelompok Mutiara 2.
Umur jagung saat ini adalah +100 hari varietas Jakarin label putih. Guna memperoleh hasil benih yang baik maka perlu dilakukan pemberian informasi teknologi panen jagung komposit dan penanganannya.
Jagung yang dipanen merupakan jagung komposit varietas Jakarin, yang memperlihatkan penampilan fisiologis daun dan kelobot telah berwarna kuning kecoklatan. Karena curah hujan agak tinggi maka disarankan untuk melakukan perundukan buah jagung untuk menghindarkan agar kelobot tidak terisi air, serta dilakukan pemangkasan daun bagian atas (ruas batang di atas tongkol jagung), agar mempercepat pengeringan.
Kegiatan panen pada hari Kamis (8/7/2021) dikawal oleh petugas Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dan disaksikan juga oleh Kepala BPP Mantikole, serta penyuluhnya, dan kelompok tani. Hasil panen Jakarin yang berasal dari benih berlabel kuning tersebut selanjutnya akan diproses menjadi kelas benih dasar (label putih).
Benih jagung yang dinyatakan lolos oleh BPSB nantinya akan disebarluaskan kepada para penangkar di Sulteng guna mendukung ketersediaan benih berkualitas di tingkat petani yang akan mendorong peningkatan produksinya. Adapun potensi hasil dari Jakarin sebesar 10 ton/ha. Proses panen dilakukan apabila sudah ada black layer pada biji jagung yang merupakan petunjuk bahwa jagung tersebut sudah siap untuk dipanen.
Jagung varietas Jakarin dibentuk dari persilangan balace composit dari galur G2013649, G1044-30, G20233077, CLRCY039, NEI9008, CML161//NEI9008, CY15, dan DTPYC10. Jakarin dilepas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) pada 2019.
Jagung komposit unggul varietas Jakarin berumur sedang 100 hari, tahan terhadap penyakit bulai patogen Peronosclerospora philippinensis, agak tahan penyakit bulai pathogen Peronosclerospora maydis, hawar daun (Helmintosporium maydis), dan karat daun (Puccinia polysora).
Varietas unggul ini memiliki potensi hasil 10 ton/ha, toleran kekeringan pada fase menjelang berbunga sampai panen dan toleran pemupukan N takaran rendah. (Sumber BPTP Sulteng)