Mentan Dorong Profesor Riset Implementasikan Hasil Penelitian Secara Luas

Bogor, Technology-Indonesia.com – Majelis Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) mengukuhkan dua peneliti utama dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menjadi Profesor Riset. Keduanya adalah Dr. Drs. Sudarmaji, MP sebagai profesor riset bidang hama dan penyakit tanaman serta Dr. Ir. Setyadjit, M.App.Sc sebagai profesor riset bidang teknologi pascapanen.

Prof. Dr. Sudarmaji dalam orasi pengukuhan profesor riset menyampaikan pengembangan inovasi teknologi pengendalian hama tikus sawah secara terpadu berbasis bioekologi untuk pengamanan produksi padi nasional. Sementara Prof. Dr. Setyadjit, menyampaikan orasi terkait pengembangan inovasi teknologi proses pascapanen buah tropis untuk memenuhi standar ekspor buah segar.

Menteri Pertanian (Mentan) Sahrul Yasin Limpo dalam sambutannya mengapresiasi gagasan kedua profesor riset baru tersebut. Mentan meminta keduanya berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR), dan menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yang lebih muda dalam pengembangan jati-diri, integritas serta profesionalisme.

“Pemikiran-pemikiran inovasi dari para profesor riset Kementerian Pertanian akan selalu ditunggu untuk terus berkontribusi pada program, kebijakan, dan implementasi pembangunan pertanian. Menurut saya, tidak ada suatu program yang berhasil tanpa riset,” tutur Mentan Sahrul dalam acara Orasi Profesor Riset di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Bogor pada Selasa (25/02/2020).

Mentan secara khusus juga meminta agar peneliti secara konkret menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani saat ini dalam mewujudkan pertanian maju, mandiri dan modern. Hasil riset, lanjutnya, harus diimplementasi dalam bentuk konsepsi operasional, teknis pengendalian, teknis koordinasi dan target pencapaian.

Karena itu, Mentan meminta kepada Prof. Dr. Sudarmaji untuk menyusun rencana operasional yang memuat langkah-langkah praktis dan terukur dalam implementasi pemikirannya dalam skala luas. Dokumen tersebut akan menjadi acuan bagi Ditjen Tanaman Pangan dalam menyusun program dan kegiatan kedepan dalam rangka peningkatan pertumbuhan produksi padi 7%.

Mentan juga meminta Prof. Dr. Setyadjit untuk dapat menyusun rancangan program dalam meningkatkan produksi dan kualitas buah tropis sesuai standar ekspor yang berlaku sehingga berkontribusi pada peningkatan pendapatan petani dan program peningkatan Tiga Kali Lipat Ekspor (GraTIEks).

Mentan berharap orasi profesor riset dapat menjadi pendorong semangat dan motivasi para peneliti Balitbangtan untuk terus berkarya dan berprestasi di bidangnya dan sekaligus mendukung program Kementan. “Akumulasi pemikiran dari para profesor riset Kementan selama ini, telah turut mewarnai perencanaan program dan kebijakan pembangunan pertanian, dan peran tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang,” tuturnya.

Mentan mengungkapkan bahwa dalam lima tahun ke depan, Kementan dituntut untuk berkontribusi dalam pencapaian visi Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin terutama dalam ketahanan pangan dan peningkatan nilai tambah komoditas pertanian.

“Saya menaruh harapan besar pada Badan Litbang Pertanian untuk dapat merumuskan kebijakan dan program-program strategis menjawab tantangan ke depan, dalam kompetensi SDM yang memiliki kapasitas kelembagaan yang kuat. Saya yakin Badan Litbang Pertanian akan dapat memenuhi harapan tersebut dengan sebaik-baiknya,” kata Mentan.

Pada kesempatan tersebut, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan bahwa inovasi teknologi yang disampaikan Prof. Dr. Sudarmaji merupakan salah satu solusi pengendalian tikus secara bioekologi. Inovasi ini harus bisa diimplementasikan secara massal di lapangan.

Fadjry juga menekankan pentingnya antisipasi atau early warning karena serangan hama tikus bisa berlangsung sangat cepat. “Karena itu perlu pendekatan-pendekatan agar bisa mendeteksi secara cepat sehingga sebelum ada serangan kita sudah melakukan pengendalian. Paling tidak, jangan cepat penyebaran serangan tikus ini,” lanjutnya.

Terkait inovasi teknologi proses pasca panen buah tropis, Fadjry mengatakan bahwa Indonesia memiliki buah tropis yang melimpah. Persoalannya, daya simpan buah tropis tidak lama, padahal pengiriman ke luar negeri lewat kapal laut memerlukan waktu dua minggu hingga satu bulan.

“Karena itu, perlu ada teknologi untuk memperlama daya simpan ini sehingga sampai ke negara tujuan kualitasnya masih terjaga, mutunya masih bagus, sehingga nilai jualnya juga bagus,” terangnya.

Inovasi teknologi yang disampaikan kedua profesor riset tersebut sangat penting dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Menteri Pertanian pun memberi tantangan agar hasil penelitian tidak sekedar konsep dan teori, tetapi diimplementasikan dalam skala luas sehingga berdampak lebih besar untuk kepentingan petani di seluruh Indonesia.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author