Maros, Technology-Indonesia.com – Memasuki awal musim penghujan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menggelar Diskusi Kelompok Terfokus “Implementasi Aksi Iklim Melalui Gerakan Panen dan Hemat Air Mendukung Korporasi Pertanian Tanaman Pangan” pada Jumat (13/12/2019) di Grand Town Hotel Mandai, Maros, Sulawesi Selatan.
Menghadirkan narasumber dari himpunan profesi dalam bidang pertanian, kegiatan ini bertujuan mendiseminasikan inovasi teknologi strategis kegiatan adaptasi dan co-benefits adaptasi (mitigasi) yang telah dihasilkan Balitbangtan secara langsung. Diskusi juga bertujuan mengkomunikasi kegiatan adaptasi sektor pertanian dalam implementasi aksi iklim kepada petani milenial melalui Gerakan Panen dan Hemat Air berbasis korporasi mendukung sistem usaha pertanian berkelanjutan. Serta, menjalin dan memperkuat jejaring kerjasama (network) antar pengguna dengan pemangku kepentingan terkait dan himpunan profesi lainnya.
Kepala Balitbangtan, Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si. dalam sambutannya menyampaikan program Kementerian Pertanian untuk membangun pertanian maju, modern dan mandiri dengan kawasan seluas 50.000 hektare di 10 provinsi. Output utama program ini yaitu menghasilkan komoditas ekspor dari semua kawasan tersebut. Kawasan pertanian maju, modern dan mandiri ini harus didukung implementasi Gerakan Panen dan Hemat Air dan penguatan teknologi dari hulu ke hilir.
“Program dan gerakan ini membutuhkan sinergi himpunan profesi seperti PERHIMPI (Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia), PERAGI (Perhimpunan Agronomi Indonesia) , PERHEPI (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia) , dan HITI (Himpunan Ilmu Tanah Indonesia),” ungkap Fadjry.
Selanjutnya disampaikan bahwa gerakan ini memerlukan perubahan pola kerja petani menjadi lebih modern melalui konsep “korporasi petani”. Dengan manajemen, aplikasi, serta cara produksi dan pengolahan yang modern, petani diharapkan akan mendapatkan keuntungan lebih besar. Kolaborasi pengelolaan air dan korporasi petani membutuhkan implementasi gerakan panen dan hemat air pada lahan kering di lapangan sehingga dapat terdiseminasi dan diadopsi dengan masif oleh para pengguna.
Diskusi Kelompok Terfokus ini diikuti sekitar 55 orang peserta terdiri dari peneliti dan penyuluh lingkungan Balitbangtan, dosen Universitas Hasanuddin serta Dinas Pertanian Kabupaten Maros.
Kegiatan diskusi dilanjutkan dengan temu lapang Gerakan Panen dan Hemat Air di Desa Leang-leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros yang memanfaatkan air permukaan melalui teknik distribusi dari sumber menuju lahan dengan pipeline system dan teknik irigasi emitter (curah).
Saat ini, seluas 12 hektare lahan kering akan terkena manfaat aplikasi teknologi ini dan tahun 2020 indeks pertanamannya akan meningkat menjadi IP 300. Kabupaten Maros sendiri banyak memiliki sumber air dari gua karst di wilayahnya dengan penerapan sumur dangkal. Temu lapang ini diharapkan dapat mereplikasi penerapan teknologi ini ke kawasan yang lebih luas.