Jakarta, Technology-Indonesia.com – Peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Yiyi Sulaeman masuk dalam jajaran 500 peneliti terbaik nasional versi Science and Technology Index (Sinta). Ranking peneliti ini diumumkan Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro pada Kamis (28/5/2020).
“Pemeringkatan ini merupakan ranking kinerja publikasi penelitian dari peneliti atau dosen yang mencakup kuantitas publikasi internasional dan nasional serta kualitas yang diukur dari jumlah sitasi artikel serta kategori jurnal,” ujar Menristek.
Sinta merupakan satu inovasi sistem informasi Iptek yang dikembangkan untuk mengukur kinerja individu, institusi dan networking dari para peneliti, perekayasa, dan dosen yang ada di Indonesia. Sinta mulai dikembangkan Kemenristek pada November 2016.
Dalam perjalanannya hingga tahun 2020, Sinta telah mengelola 194.904 penulis jurnal ilmiah (authors) yang terverifikasi dan 4.607 jurnal nasional maupun internasional, 93.346 artikel jurnal, dan 34.677 buku. Authors yang terdaftar dalam Sinta, 74% merupakan dosen dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. Selain itu ada peneliti dari kementerian/lembaga, lembaga litbang, dan Lembaga Penelitian Non Kementerian (LPNK).
Ranking tersebut menggambarkan kondisi yang paling komprehensif dari kualitas peneliti dan dosen yang ada di Indonesia. “Kita bangga ada peneliti sumberdaya lahan yang masuk di level tersebut,” kata kepala Balai Besar Penelitian Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bogor, Dr. Husnain.
Yiyi yang baru saja menjabat sebagai Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Kalimantan Selatan, berada di posisi 149 dari 500 peneliti terbaik. Yiyi juga menjadi peringkat pertama lingkup peneliti di Balitbangtan.
Yiyi yang dikenal sebagai ahli pemetaan tanah digital memang memiliki segudang aktivitas di dunia ilmiah. Ia, misalnya, menjadi lead editor buku level internasional yaitu Tropical Wetland yang diterbitkan CRC Press tahun 2020.
Publikasi internasional lain yang terkait rawa di antaranya Wetland Development for Agriculture in Indonesia 1935 to 2013: Historical perspective and lessons learned. Ia juga menulis review A Framework for development of wetland for agricultural use in Indonesia pada 2019. “Banyak literatur kita yang harus ditulis dalam bahasa Inggris agar dikenal dunia,” katanya.
Yiyi juga merupakan digital soil mapper pertama di Indonesia yang merintis terobosan metode pemetaan. Ia mencoba memanfaatkan sejumlah data warisan untuk memutakhirkan data tanah di Indonesia.
Yiyi juga merintis pemanfaatan kecerdasan buatan untuk pemetaan tanah. “Banyak metode yang telah populer digunakan di disiplin ilmu lain dapat diadopsi pada disiplin ilmu tanah,” kata Yiyi.
Di tanah air, Yiyi juga berusaha menyederhanakan peta tanah agar dapat dipahami masyarakat umum. Ia misalnya membuat peta tanah-tanah bermasalah seperti tanah salin, tanah dangkal, maupun tanah terjal. “Nama-nama sederhana itu mudah dimengerti,” kata Yiyi.
Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufri akan terus mendorong para peneliti Balitbangtan untuk mempercepat hilirasi dan go internasional. Salah satunya adalah mengikuti standar pemeringkatan seperti Sinta ini.
“Ke depan, diharapkan akan banyak peneliti Badan Litbang yang masuk jajaran 500 peneliti terbaik nasional,” pungkasnya. (Yayank/SB)