Kerjasama Pemanfaatan Teknologi Penggilingan Padi Balitbangtan untuk Produksi Beras Berkualitas

Bogor, Technology-Indonesia.com – Teknologi penggilingan padi sudah lama dikenal di Indonesia. Namun pengolahan padi di Indonesia masih sangat variatif, mulai dari teknologi sederhana hingga teknologi serba otomatis. Kualitas beras yang dihasilkan pun bervariasi, dari kualitas beras giling yang rendah dengan rendemen rendah, hingga beras premium dengan rendemen yang tinggi.

Menyikapi kondisi tersebut, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) menjalin kerjasama dengan PT. Spinindo Sarana Pangan untuk mengimplementasikan teknologi penggilingan padi untuk produksi beras berkualitas. Perjanjian kerjasama (PKS) ditandatangani oleh Kepala BB Pascapanen, Prayudi Syamsuri dan Direktur PT. Spinindo Sarana Pangan, Warmo Muhri yang disaksikan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry di Bogor pada Senin (18/5/2020).

Kepala BB Pascapanen menerangkan, kerjasama ini bertujuan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki pihak BB Pascapanen dan PT Spinindo dalam rangka pemanfaatan teknologi penggilingan padi inovasi Balitbangtan untuk produksi beras berkualitas dengan rendemen beras optimal.

“Kita memiliki tupoksi untuk diseminasi teknologi penggilingan beras. Kita memiliki fasilitas itu di Laboratorium Mutu Beras Karawang. Kualitas dari mutu beras yang dihasilkan kita coba kerjasamakan dengan industri sehingga bisa memanfaatkan fasilitas itu sambil memberikan feedback terhadap kita bagaimana industri perberasan,” kata Prayudi di sela acara penandatangan kerjasama.

Kendala yang dihadapi penggilingan padi di Indonesia antara lain belum menerapkan kaidah pengolahan beras yang standar dan sistem penggilingan one pass dengan konfigurasi mesin yang kurang baik. Hasilnya, rendemen masih rendah yaitu rata-rata sekitar 62,74% yang seharusnya dapat dicapai diatas 65%.

Kualitas beras yang dihasilkan juga masih rendah (tingkat broken diatas 20%) dan tidak seragam. Selain itu, biaya pengolahan masih tinggi dan tingkat kehilangan hasil relatif tinggi. Kendala lainnya, manajemen pengelolaan masih tradisional dan penggilingan padi keliling berkembang tapi kurang memperhatikan aspek mutu beras.

Lebih lanjut Prayudi menerangkan, dalam proses penggilingan padi (rice milling unit/RMU), mutu beras yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh gabah kering giling (GKG) sebagai bahan bakunya. Agar hasilnya optimal diperlukan model RMU yang mampu menghasilkan beras yang memenuhi kualitas fisik sesuai Permentan No. 31 tahun 2017 dan rendemen beras giling yang optimal.

Parameter mutu beras sesuai Permentan 31 tahun 2017 meliputi kadar air, derajat sosoh, beras kepala, beras patah, total butir beras lainnya (butir menir, merah, kuning/rusak, mengapur), butir gabah, dan benda lain. Sedangkan kualitas hasil uji beras mengikuti hasil pengujian secara laboratorium sesuai metode yang ada di SNI (Standar Nasional Indonesia) 6128 tahun 2015.


BB Pascapanen telah melakukan penelitian dan pengembangan (litbang) untuk menekan keberagaman mutu fisik beras yang relatif efektif dan efisen dengan melakukan revitalisasi dari RMU. Penelitian dan pengembangan perbaikan kinerja RMU melalui pendekatan revitalisasi RMU dilaksanakan di Laboratorium Mutu Beras Karawang pada 2019. RMU hasil revitalisasi telah menunjukkan adanya peningkatan kualitas beras hasil giling dengan rendemen meningkat masing-masing 1% untuk varietas Ciherang dan varietas Inpari 32.

“Kita perlu menyusun good handling dan good manufacturing untuk beras. Ini menjadi prototipe bagaimana line proses yang baik, bagaimana memproduksi beras dalam teknologi produksi bersih. Kita mau menampilkan teknologi perberasan yang modern, yang losses-nya semakin rendah, dan rendemennnya semakin tinggi,” terang Prayudi.

Konfigurasi RMU hasil revitalisasi ini berpotensi menjadi model RMU yang mampu memproduksi beras premium dengan tiga alternatif input bahan baku yaitu dari Gabah Kering Giling (GKG), Beras Pecah kulit (BPK) atau dari beras sosoh asalan/berkualitas rendah menjadi beras premium. Analisis net B/C ratio menunjukkan bahwa operasional RMU dengan konfigurasi hasil revitalisasi ini dapat memenuhi kelayakan ekonomis (>1) bila dioperasikan minimal pada kapasitas maksimal 1,5 ton per jam secara kontinu sepanjang tahun.

RMU hasil revitalisasi ini juga dapat menjadi alternatif solusi terhadap pembatasan masa simpan beras sesuai Pementan No 38 tahun 2018 tentang Cadangan Beras Pemerintah (CBP) maksimal 4 bulan. Derasnya arus masuk dan keluarnya beras dari gudang Bulog akan menjadi masalah bagi Bulog dan negara bila tidak ada solusi penyelamatan dan pemanfaatan beras yang telah melewati masa 4 bulan.


Salah satu teknologi penyelamatan beras CBP tersebut dapat memanfaatkan RMU hasil revitalisasi untuk memproses GKG menjadi beras berkualitas. Adanya kelengkapan teknologi repolishing menggunakan mist polisher dapat meningkatkan kualitas beras yang kusam dan berdebu, setelah direproses menjadi beras yang bersih dan mengkilap bebas debu. Mutu beras rata-rata sebelum dan sesudah proses mist polisher menunjukkan peningkatan kecerahan, derajat putih dan kebersihan beras, sehingga laik dipasarkan dengan harga beras yang layak.

Hasil litbang BB Pascapanen ini telah menarik minat mitra untuk bekerjasama untuk pemanfaatan teknologi dan konfigurasi RMU hasil revitalisasi dalam memproses tiga alternatif input bahan baku menjadi beras berkualitas dengan rendemen beras optimal dengan menerapkan sistem manajemen mutu agar standardisasi produk beras berkualitas dapat dilaksanakan secara konsisten.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author