Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tingkat kehilangan pascapanen bawang merah cukup tinggi mencapai 25-30 persen. Karena itu, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) mengembangkan teknologi Instore drying untuk mengurangi tingkat kehilangan pascapanen bawang merah.
Instore drying ini didesain berupa bangunan dengan sirkulasi udara yang baik serta dilengkapi pemanas untuk membantu proses pengeringan. Teknologi ini mampu menekan kehilangan panen menjadi 16% dan menekan tingkat kerusakan selama penyimpanan dibawah 10%.
Teknologi pascapanen instore drying terbukti lebih efisien menjaga nilai bawang merah. Tingkat efisiensinya bahkan mencapai dua kali lipat dibanding metode konvesional. Inovasi BB Pascapanen tersebut menjadi harapan baru untuk menjaga produktivitas bawang merah nasional sekaligus mengatasi gejolak harga bawang merah di pasaran.
“Tingkat kehilangan pascapanen bawang merah cukup tinggi, terutama pada proses pengeringan dan penyimpanan, bisa mencapai 25-30 persen. Hasil penelitian BB Pascapanen 2008, aplikasi instore drying bisa mengurangi kehilangan ini menjadi hanya 16 persen,” papar peneliti BB Pascapanen, Siti Mariana Widayanti.
Instore drying merupakan inovasi berupa teknologi pengeringan dan penyimpanan bawang merah. Aplikasi ini mampu menjaga kelembaban dan suhu bawang merah tetap stabil agar kadar air tetap berkisar 80 persen. “Penyimpanan dengan cara tradisional kurang bisa menjaga kelembaban. Apalagi jika musim hujan. Padahal kadar air bawang merah ini perlu dijaga. Jika berada di bawah 80 persen, maka bawang bisa keriput dan tidak lalu di pasaran,” paparnya.
Teknologi ini juga memiliki keunggulan lain, seperti mempercepat proses pengeringan bawang merah. Normalnya, proses pengeringan memakan waktu hingga 7 hari, bahkan bisa bertambah ketika musim hujan. Namun melalui instore drying, proses pengeringan selesai dalam 3 hari saja. Dengan demikian, petani akan merasa senang karena pekerjaannya lebih efisien. Bawang merah milik mereka juga terhindar dari kebusukan dan penurunan bobot.
Kepala Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mekar Jaya, Hadi Sutomo, membuktikan manfaat teknologi ini. Berdasarkan hasil pengamatannya di lapangan, tingkat kerusakan bawang merah dalam aplikasi instore drying rata-rata berada di bawah 10 persen. Sedangkan dengan metode konvensional, rata-rata kerusakan selalu di atas 20 persen.
“Nantinya kita akan coba tawarkan instore drying untuk para petani di Mekar Jaya, karena akan lebih efisien dan membantu petani jika ini masif diterapkan. Petani juga bisa tunda jual jika harga bawang merah tidak bagus. Tapi sebelumnya, kita perlu menghitung biaya sewa (operasional) untuk instore drying ini agar petani bisa menghitung kebutuhannya masing-masing,” tandas Hadi. (sumber http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id/)