Jakarta, Technology-Indonesia.com – Hama kutu daun merupakan salah satu faktor pembatas dalam budidaya tanaman krisan. Karena itu, diperlukan upaya pengendalian terhadap hama tersebut secara efektif dan ramah lingkungan.
Beberapa hama dapat menyerang pertanaman bunga krisan, diantaranya Macrosiphoniella sanborni Gillette (Hemiptera: Aphididae), yang merupakan hama penting pada Chrysanthemum indicum dan Chrysanthemum morifolium.
Serangan kutu daun dapat menurunkan kualitas bunga krisan. Dalam perdagangan bebas dan kesepakatan tentang penerapan ketentuan sanitary and phytosanitary Organisasi Perdagangan Dunia mempersyaratkan produk-produk yang akan diperdagangan untuk tujuan ekspor harus bebas dari organisme pengganggu tanaman (OPT) yang belum ada di negara tujuan ekspor.
Untuk mengendalikan hama ini, biasanya petani menggunakan insektisida sintetik yang umum dijual di pasaran. Namun, insektisida sintetik sering digunakan secara tidak bijaksana, sehingga timbul berbagai dampak negatif. Diantaranya, terjadinya resistensi hama terhadap insektisida, timbulnya resurjensi (ledakan) hama, dan terjadinya ledakan hama sekunder. selain itu, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan serta mematikan musuh alami, bahkan dapat menimbulkan keracunan pada manusia dan hewan
Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan insektisida nabati dalam pengendalian hama daun adalah genus Toona (suren) yang termasuk famili Meliaceae dan belum banyak dimanfaatkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun suren (Toona sinensis) 0.5% menyebabkan mortalitas Eurema spp sebesar 98%. Ekstrak cair kipahit Tithonoa diversifolia pada konsentrasi 1 dan 1.5% merupakan konsentrasi terbaik dalam menekan serangan Bemisia tabaci.
Metode pengendalian hama dan penyakit pada tanaman krisan yang ramah lingkungan perlu diaplikasikan sebagai alternatif pengendalian. Insektisida nabati saat ini sudah mulai banyak diteliti. Beberapa hasil penelitian di antaranya bahwa penggunaan bahan nabati dapat menekan perkembangan hama. Hasil penelitian menyatakan bahwa insektisida nabati berbahan aktif azadirachtin (nimba) mampu mengendalikan hama kutu daun pada tanaman krisan.
Tanaman suren (Toona sureni) mempunyai peluang digunakan sebagai insektisida nabati karena keberadaannya melimpah. Suren mempunyai kandungan bahan aktif yang bersifat insektisidal, ekstraknya dapat mengendalikan kumbang pada gandum.
Ekstraksi insektisida nabati terdiri atas beberapa tahap, yaitu pengeringan daun, pembuatan tepung/serbuk, pengocokan selama 24 jam, penyaringan dengan kertas saring, penguapan aseton/metanol pada suhu kamar, panen rendemen dalam bentuk pasta (ekstrak insektisida nabati), dan penyimpanan insektisida nabati di lemari es
Hasil penelitian yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) menyatakan bahwa persentase paling tinggi dari bunga krisan yang layak panen ditunjukkan pada aplikasi insektisida nabati dari ekstrak daun suren (66,15%), diikuti insektisida nabati dari ekstrak daun kipahit (60,42%) yang berbeda dengan kontrol (46,88%), juga persentasenya lebih tinggi daripada ekstrak daun nimba (43,23%), minyak serai wangi (39,06%), dan insektisida sintetik berbahan aktif imidakloprid (49,48%).
Dengan demikian, insektisida nabati dari ekstrak daun suren dan ekstrak daun kipahit diduga dapat meningkatkan kualitas bunga krisan yang layak panen per plot perlakuan insektisida tersebut. (Sumber Balithi)