Inovasi dan Teknologi Pertanian Mendukung Terwujudnya Swasembada Pangan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Selama pandemi Covid-19, sektor pertanian masih tetap tumbuh dan berkontribusi sangat tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kementerian Pertanian terus mengoptimalkan berbagai potensi yang dimiliki Indonesia untuk mencapai swasembada pangan. Salah satunya melalui dukungan inovasi dan teknologi pertanian.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry mengatakan bahwa ketersediaan pangan menjadi kunci utama untuk bertahan di saat pandemi. Menurutnya, imun yang paling utama adalah bagaimana nutrisi lengkap bisa tersedia disamping vaksin. Karena itu Kementerian Pertanian selalu memastikan ketersediaan pangan untuk 273 juta penduduk Indonesia.

“Jajaran di Kementerian Pertanian tidak pernah libur, setiap hari harus ke lapangan untuk memastikan petani kita bisa tetap berproduksi. Kalau petaninya lockdown, bayangkan siapa yang menyiapkan pangan kita,” kata Fadjry saat menjadi pembicara dalam Dialog Interaktif Gelar Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan dan Pangan yang diselenggarakan secara daring oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Rabu (1/12/2021).

Fadjy mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi lahan yang cukup besar. Luas lahan baku sawah di Indonesia sekitar 7,4 juta hektare, lahan kering seluas kurang lebih 16 juta hektare, serta lahan rawa yang cukup melimpah di Papua, Kalimantan dan Sumatera. Potensi ini harus terus dioptimalkan untuk mencapai menuju swasembada pangan.

“Pada dasarnya, Kementerian Pertanian melalui Balitbangtan terus berupaya menuju swasembada pangan yang kita cita-citakan. Pada dua tahun ini, sudah kita lihat dan buktikan bahwa sektor pertanian tumbuh dengan positif dan berkontribusi untuk pembangunan pertanian Indonesia,” tuturnya.

Balitbangtan yang berdiri sejak 1974 sudah menghasilkan kurang lebih 318 varietas padi, termasuk padi khusus untuk penanganan stunting yang secara genetik memiliki kandungan Zinc. Menurut Fadjry, 94% varietas unggul padi yang ditanam di Indonesia merupakan hasil karya Balitbangtan. Begitu juga dengan varetas jagung yang mencapai 60%, kedelai 96%, dan beberapa komoditi lain seperti kentang, cabai, sayuran.

Di sektor pertanian Balitbangtan juga mengembangkan bibit ternak unggul seperti ayam, domba, kambing dan sapi. “Balitbangtan memiliki ayam kampung yang bisa bertelur setiap hari. Begitu dengan kambing dan sebagainya. Ini semua kita dedikaskan untuk masyarakat Indonesia,” imbuhnya.

Fadjry menerangkan bahwa Balitbangtan memiliki tugas utama sebagai public services atau public domain, baru kemudian komersialisasi, sehingga semua hasil riset dan inovasi yang dihasilkan Balitbangtan diprioritaskan untuk petani.

“Misalnya varietas unggul padi yang kita hasilkan, kita gratiskan pada petani termasuk teknologi pendukung lainnya, baru yang terakhir komersialisasi. Alhamdulillah tiap tahun Balitbangtan mendapatkan royalti rata-rata Rp 5 miliar –10 miliar dari invensi dan inovasi yang kita hasilkan mulai dari hulu hingga hilir,” tuturnya.

Untuk menghasilkan invensi dan inovasi di bidang pertanian, Balitbangtan memiliki cukup banyak balai riset yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Fasilitas tersebus sangat mendukung Balitbangtan dalam menyiapkan varietas unggul baru termasuk teknologi pendukungnya mulai dari on farm hingga teknologi pengolahan hasil.

Pada awal pandemi, Fadry menerangkan bahawa Balitbangtan meneliti manfaat eucaplytus untuk menekan penyebaran Covid-19. Produk yang sempat ramai dibicarakan tersebut sudah diuji mulai dari uji laboratorium, uji pada hewan dan sudah melalui uji klinik tahap dua. Dari penelitian tentang Eucalyptus, Balitbangtan mendapatkan 10 paten. Saat ini, hasil penelitian tersebut telah dilisensi oleh mitra industri dan Balitbangtan sudah mendapatkan royalti Rp 300 juta.

Terkait ketersediaan pangan, tantangan ke depan yang mencuat adalah konversi lahan dan perubahan iklim global. Menurut Fadjry, dukungan teknologi dan inovasi pertanian sangat penting untuk menyiapkan kebutuhan pangan untuk 273 juta penduduk Indonesia.

Indonesia memiliki potensi megabiodieversiti yang sangat melimpah dari sabang sampai merauke. Dengan sumber daya tersebut, Kementerian Pertanian berkomitmen bukan hanya menyiapkan kebutuhan pangan untuk konsumsi domestik tetapi juga menyiapkan pangan untuk dunia.

“Saya berharap ke depan inovasi teknologi bukan hanya menghasilkan invensi tetapi juga outcome, bagaimana teknologi bisa dimanfaatkan untuk kemajuan dan kebutuhan masyarakat kita,” pungkasnya.

Dialog interaktif yang dimoderatori oleh Shahnaz Haque ini juga menghadirkan pembicara Soni Solistia Wirawan (PJB Kesehatan dan Pangan Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Rokhmin Dahuri (Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia), dan Sastia Prama Putri (Ass. Professor Osaka University).

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author