Industri Pangan Berperan Penting dalam Ketersediaan Pangan Sehat

Bogor, Technology-Indonesia.com – Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia (mega biodiversity). Keberagaman sumber daya hayati tersebut menjadikan Indonesia kaya beragam bahan pangan dan sangat berpotensi sebagai produk olahan pangan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry mengatakan riset pertanian diperlukan dari hulu hingga hilir, dari budidaya (on farm) sampai menjadi produk akhir berupa makanan yang siap di konsumsi (off farm). Kegiatan tidak boleh berhenti hingga panen, tidak stop hingga hanya menjadi bahan baku, tetapi harus berlanjut ke processing untuk mengolahnya menjadi produk akhir yaitu pangan sehat.

“Pangan sehat, lezat dan berserat, harus menjadi panduan dalam perakitan teknologi olahan pangan ke depan, agar generasi mendatang tetap terjaga imunitas tubuhnya dengan asupan gizi yang seimbang dari produk olahan pangan yang dikonsumsinya,” kata Fadry dalam sambutan yang dibacakan Sekretaris Balitbangtan, Haris Syahbuddin pada Webinar bertema “Menu Sehat Menunjang Kesehatan Masyarakat Menuju Era Industri Pangan” Bogor, Selasa (28/7/2020).

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan terhadap pangan olahan meningkat. Karena itu perlu penganekaragaman pangan untuk menunjang pola konsumsi yang sehat dan menunjang kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Adhi mengungkapkan, Indonesia memiliki program Indonesia Sehat yang salah satu pilar utamanya promotif preventif. “Peran industri makanan dan minuman diharapkan bisa menunjang ke arah promotif preventif dan mengharapkan masyarakat mengonsumsi makanan yang baik, aman dan sehat,” terang Adhi.

Pandemi Covid-19 juga menyebabkan pengeluaran rumah tangga pertumbuhan mengalami penurunan. Selain itu, terjadi penurunan permintaan karena berbagai pembatasan kegiatan. Namun demikian, menurut Adhi, ada beberapa produk yang cukup baik penjualannya seperti susu, cooking oil, tepung, biskuit, makanan instan, serta makanan bergizi yang dibutuhkan selama Covid-19.

Menurut Adhi, trend dunia untuk nutrisi dan kesehatan lebih ke natural food dan untuk manfaat kesehatan. Indonesia memiliki tanaman-tanaman pangan yang bisa dihasilkan untuk natural food dan bernilai tambah.

“Di dalam industri dan masyarakat nilai tambah menjadi penting karena ada story, penanganan secara teknologi, dan branding. Kadang dari tanaman murah atau bahan baku murah bisa dijual mahal dengan nilai tambah yang baik. Misalnya, jamu-jamuan yang tadinya murah dengan berbagai olahan menjadi bernilai tambah lebih mahal,” terang Adhi.

Indonesia, lanjutnya, memiliki banyak produk olahan pangan yang bisa dikembangkan misalnya temu putih dan kunyit untuk menjaga kesehatan secara natural. Saat ini, konsumen lebih mementingkan food safety, instagramable, dan health benefit yang jelas. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan tanaman pangan untuk industri.

Lebih lanjut Adhi mengatakan, peranan industri pangan dari hulu ke hilir sangat penting untuk ketersediaan pangan sehat. Hal ini membutuhkan dukungan dari hulu untuk ketersediaan bahan baku, processing hingga menjadi pangan olahan yang dibutuhkan masyarakat.

“Kita harus menjaga ketersediaan, keterjangkuan, dan konsumsi termasuk reformulasi untuk mengeliminasi, me-reduce, dan memperkaya. Misalnya, me-reduce ingredients yang tidak diinginkan seperti gula dan garam. Kita juga memperkaya beberapa produk dengan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan,” tuturnya.

Tanaman pangan, terangnya, juga berpotensi dikembangkan untuk food coloring yang saat ini masih impor karena ketersediaan dalam negeri jarang sekali. Indonesia juga masih banyak mengimpor bahan baku untuk industri pangan seperti kedelai 70% masih import, jagung, pati singkong, dan lain-lain. “Ini menjadi peluang bagi kita untuk menumbuhkan tanaman pangan karena ketersediaan bahan baku sangat penting bagi industri makanan dan minuman,” lanjutnya.

Karena itu harus dilakukan pemetaan terhadap kebutuhan dan ketersediaan bahan baku, serta bahan penolong dalam skala industri. “Sekarang kita belum punya peta yang jelas dimana produsen, industri, dan pengguna. Ketersediaan bahan baku harus berskala industri dan berkelanjutan serta ditunjang logistik yang baik dari rantai pasok dari hulu ke hilir supaya kita mendapatkan bahan baku yang kompetif dan berskala industri,” terang Adhi.

Saat ini, industri makanan dan minuman masih didominasi di Pulau Jawa sehingga perlu pemerataan. Meskipun di Sumatera sudah cukup baik tapi di pulau-pulau lain masih membutuhkan pertumbuhan industri pangan. Karena itu perlu pemetaan dimana sumber pangan dan letak industrinya untuk memecahkan masalah logistik di Indonesia yang cukup mahal

“Rencana pengembangan Food Estate di Kalimantan Tengah, diharapkan tumbuh industri-industri pangan baru di Kalimantan,” terang Adhi.

Menurutnya, kebijakan terpadu dari hulu dan hilir sangat penting untuk mendukung industrialisasi. Hal ini harus dikolaborasikan secara triple helix antara akademisi, bisnis, pemerintah pusat dan daerah, serta community atau konsumen. “Perlu dilakukan kolaborasi bersama dalam menunjang industri pangan yang baik dan menyehatkan serta ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang cukup,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author