Indonesia Perlu Roadmap Pengembangan Biosensor

Bogor, Technology-Indonesia.com – Biosensor merupakan alat pendeteksi yang menggabungkan komponen biologis, seperti mikroba, jaringan, sel, bakteri, protein, enzim, antibodi dan komponen elektronis yang dapat menghasilkan sinyal terukur, yang dapat mendeteksi, mencatat dan mengirimkan informasi secara cepat. Contoh yang paling mudah adalah pengukur gula darah menggunakan enzim glukosa oksidase untuk memecah gula darah.

Diskusi mengenai Biosensor ini mengemuka dalam seminar daring yang diselenggarakan oleh Balai Besar Penelitian Veteriner Badan Penelitian (BB Litvet) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, pada 27 April 2021. Webinar yang bertajuk Biosensor for Veterinary Diagnosis Application, menghadirkan para peneliti antara lain: Martin Peacock, BSc (Hons), Ph,.D, Co Founder and CSO di Zimmer and Peacock, dengan bahasan Komersialisasi Biosensor; Hasim Munawar, Ssi, Mphil, dengan topik Pengembangan Biosensor untuk Diagnostik test; dan Dr Eni Kusumaningtyas. Ssi, MSc, dengan Pengembangan Biosensor Berbasis Peptide.

Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Badan Penelitian (BB Litvet) Dr drh NLP Indi Dharmayanti, MSi, dalam kata sambutannya mengatakan,”Webinar ini merupakan ajang sharing pengetahuan dari peneliti nasional maupun internasional sehingga dapat meningkatkan kualitas, kapasitas dan kapabilitas sumberdaya peneliti yang memiliki dampak bermanfaat bagi masyarakat.“

Dalam kesempatan ini, Peneliti dari Inggris, Martin Peacock, menjelaskan sensor hayati atau biosensor terdiri dari biomolekul seperti mikroba, jaringan, sel, protein, enzim, antibodi, dan DNA untuk melakukan pengenalan atau deteksi pada suatu zat (bio) kimia tertentu. Perubahan sifat fisika-kimia pada biomolekul tersebut dapat merepresentasikan informasi yang ditransduksikan dengan transduser fisis menjadi besaran elektronik untuk bisa diolah selanjutnya.

Lebih lanjut, Martin mengungkapkan, “Pengembangan biosensor penyakit Surra (Trypanosoma evansi) sudah pada tahap komersialisasi. Sebelumnya biosensor ini telah melewati tahap laboratorium, pembuatan prototype, dan scale up di tahap pabrikasi,” jelas Co Founder Zimmer and Peacock ini.

Sedangkan peneliti dari BB Litvet, Hasim Munawar, Ssi, Mphil mengatakan, “Biosensor itu sangat dinamik, tergantung target, permasalahan di Indonesia, untuk itu kita membutuhkan roadmap tentang Biosensor mulai dari riset pengembangan, pengujian di laboratorium, dan menggandeng stakeholder terkait untuk dapat menghasilkan prototype yang tepat.”

Fokus terpenting dari Biosensor terletak pada desainnya, bagaimana merancanng metode diagnosis yang lebih selektif, sensitif, cepat, mudah dibawa, mudah dioperasikan, murah, dan mempresentasikan respon yang proporsional. (Ami Pramitasary)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author