Jakarta, Technology-Indonesia.com – Di Indonesia, tanaman buah naga mulai ditanam dan dikembangkan secara komersial sejak 2003. Meskipun terbilang baru, komoditi ini sudah begitu popular di masyarakat luas.
Komoditas ini sudah ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia, dengan pusat pengembangan di pulau Jawa khususnya daerah Banyuwangi, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Di samping pemasaran untuk konsumsi domestik, produksi buah naga dari Indonesia sudah diekspor ke beberapa negara.
Tanaman buah naga dapat beradaptasi baik di Indonesia pada kondisi agroklimat yang bervariasi, mulai dari daerah pantai hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Penanaman buah naga yang membutuhkan bantuan penyerbukan menyebabkan sistem budidaya tidak efesien karena membutuhkan tambahan biaya tenaga kerja.
Untuk meningkatkan produksi dengan budidaya yang efisien diperlukan varietas tanaman buah naga dengan produktivitas tinggi dan mampu menyerbuk sendiri atau tanpa bantuan penyerbukan oleh manusia.
Pada 2011-2013 Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melakukan koleksi, karakterisasi dan seleksi sumber daya genetik (SDG) buah naga. Jumlah koleksi tanaman buah naga Balitbu Tropika sebanyak 30 aksesi yang berasal dari Solok, Padang, Padang Panjang, Padang Pariaman, Yogyakarta dan Kalimantan Timur. Koleksi tersebut ditanam di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Aripan, Balitbu Tropika di Solok.
Menurut Peneliti Balitbangtan Jumjunidang, hasil karakterisasi dan seleksi diperoleh satu aksesi buah naga dengan kulit dan daging buah merah yaitu Hp 01 yang mempunyai keunggulan antara lain ukuran buah besar dan produksi tinggi tanpa bantuan penyerbukan dan selanjutnya ditetapkan sebagai Pohon Induk Tunggal (PIT).
Pada 2013 dilakukan perbanyakan tanaman dari PIT tersebut dengan cara stek batang dan penanaman di lapangan secara bertahap. Penanaman dan pengujian dilakukan di IP2TP Aripan Balitbu Tropika di Kabupaten Solok dengan ketinggian tempat ± 455 meter di atas permukaan laut.
Penanaman di lapangan menggunakan tiang penyangga beton, dengan sistem tanam tiang tunggal. Setiap tiang penyangga berisi 4 tanaman dan jarak antar tiang 3×3 m, pemeliharaan tanaman berpedoman pada teknik budidaya buah naga yang disusun oleh Balitbu Tropika.
Pada tahun 2017 dan 2018 dilakukan pengujian keunggulan menggunakan uji observasi terhadap karakter batang, bunga dan buah yang mengacu pada panduan UPOV (2011) dan selanjutnya dilakukan pendaftaran varietas hortikultura dengan nama buah naga Hilosia.
Varietas unggul baru (VUB) buah naga Hilosia telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia pada Maret 2021. VUB ini, dijelaskan oleh Jumjunidang, mempunyai keunggulan bobot buah besar (400-930 gram/buah) tanpa bantuan penyerbukan dan produksi per hektar per tahun tinggi yaitu 43,90-45,60 ton.
Varietas pembanding adalah Sabila Merah dengan bobot buah 381-424 gram/buah dan produksi 25,7-27,9 ton/hektar/tahun. Penciri utama Hilosia adalah warna kelopak bunga hijau muda (Yellow Green Group 144 C), warna kepala putik hijau kekuning-kuningan (Yellow Green Group 154 C), dan posisi benangsari terhadap putik sama tinggi.
VUB buah naga Hilosia telah mulai dikembangkan oleh masyarakat di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Solok. Saat ini tercatat luas tanam varietas ini sekitar 90 hektare (ha), dengan sentra pengembangan di Kecamatan “X Koto Dibawah.” (Sumber Balitbangtan)