Gliocompost, Pupuk Hayati Sekaligus Biopestisida

Cianjur, Technology-Indonesia.com – Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) berhasil mengembangkan Gliocompost yang berperan sebagai pupuk hayati sekaligus biopestisida. Selain ramah lingkungan, aplikasi Biocompost bisa menghemat penggunaan pupuk sintentis, pestisida, dan pupuk kandang hingga 50 persen.

Peneliti Utama Bidang Hama dan Penyakit Tanaman Balithi, I Djatnika mengatakan pengendalian hayati sedang diekspos bukan hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Penyebabnya, saat ini pertanian semakin dekat dengan pemukiman penduduk sehingga faktor-faktor keamanan lingkungan harus diperhatikan. Selain itu pengendalian hayati akan mengurangi penggunaan pestisida kimia sintentis yang semakin lama semakin berkurang dan semakin mahal sehingga produk pertanian tidak efisien lagi.

“Karena itu kami membuat Gliocompost, pupuk hayati sekaligus sebagai pestisida hayati, sehingga terjadi efisiensi dalam aplikasinya,” ungkap Djatnika di Balithi, Jalan Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat pada Selasa (24/4/2018).

Gliocompost membantu petani dalam meningkatkan produktivitas tanaman dan menanggulangi berbagai penyakit pada tanaman hias, sayuran, dan buah. Gliocompost tidak meninggalkan racun bagi tanaman dan aman terhadap lingkungan. Pupuk hayati ini berbahan aktif Gliocladium sp, cendawan antagonis yang diperkaya dengan mikroba penambat unsur hara.

“Aplikasi pupuk kimia sintetis di lapangan misalnya pupuk P (Phosphor) biasanya hanya 10-20% yang diserap oleh tanaman. Sisanya banyak yang mubazir, tidak terserap oleh tanaman. Dengan adanya mikroorganisme ini, pupuk yang 80-90% terbuang tadi bisa dimanfaatkan kembali,” terang Djatnika.

Peneliti Utama Bidang Hama dan Penyakit Tanaman Balithi, I Djatnika

Ia mengungkapkan awalnya penelitian Gliocompost dikonsentrasikan untuk tanaman hias, sehingga harganya lebih mahal daripada untuk padi dan tanaman lainnya. Pada pertemuan dengan Komite Inovasi Nasional (KIN) beberapa tahun lalu, penggunaan pupuk hayati ini diminta bisa digunakan pada tanaman lain.

Djatnika kemudian membuat formulasi yang lebih murah untuk tanaman padi. Ujicoba Gliocompost pada tanaman padi gogo di Indramayu bisa menghasilkan 8,1 ton/hektar GKP (Gabah Kering Panen) dibandingkan pupuk hayati lain. Gliocompost juga diujicoba pada tanaman cabe, kentang, tomat, bawang merah, jagung, dan kedelai.

“Aplikasinya, 50% kita tetap menggunakan pupuk kimia sintetis dan pupuk hayati 50% agar produktivitasnya tetap sama. Untuk pertanian organik bisa digunakan 100%,” lanjutnya.

Menurut Djatnika, pengalaman ujicoba pada petani kentang di Garut, memang produktivitasnya tidak meningkat. Sebelumnya dalam satu luasan hanya 2 kuintal kentang yang bisa dijual, tetapi setelah diberi Gliocompost bisa mencapai 1 ton. Hal ini bukan karena peningkatan produktivitas, namun biasanya ada 8 kuintal kentang tidak layak jual dan terbuang karena terserang penyakit. Jadi pemberian Gliocompost menyebabkan kentang tahan terhadap penyakit.

Gliocompost dapat diaplikasikan pada media pesemaian dengan dosis 2 gram/kg tanah atau media tanam. Untuk di lapangan, 1 volume Gliocompost dicampur dengan 19 volume pupuk kandang dan difermentasikan selama 10 hari. Aplikasi di lapangan diberikan satu hari sebelum atau sesudah tanam dengan cara disebar rata sebanyak 20kg/hektar.

“Aplikasi Gliocompost hanya digunakan dua kali. Aplikasi pertama di persemaian dan satu kali di lapangan. Jadi lebih hemat tenaga kerja,” terangnya.

Penelitian Gliocompost dimulai pada 1999 dan sudah mendapatkan paten merek No. IDM000332764 pada 1 November 2011 serta paten proses No. IDP000034666 pada 1 Oktober 2015. Gliocompost juga sudah diproduksi secara lisensi oleh PT AIM (Agro Indo Mandiri) di Bogor sejak 2016.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author