FAO Mulai Evaluasi Program di Proyek Conservation Agriculture

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) selaku mitra pada Proyek Reducing disaster risks caused by changing climate in Nusa Tenggara Timur (NTT) and West Nusa Tenggara (NTB) Provinces in Indonesia – (Conservation Agriculture – CA) ICALRD/2013-2018 bersama Tim Evaluator dari Food and Agriculture Organization (FAO) Head Quarter, melakukan evaluasi proyek CA pada Selasa (17/9/2019). Proses Evaluasi Proyek kerja sama dengan Balitbangtan dimulai dengan kunjungan ke Kantor Pusat Balitbangtan, Jakarta.

Sebelumnya, Tim evaluator telah melakukan kick off meeting bersama seluruh stakeholder FAO di Kementerian Pertanian pada Senin (16/09/2019) di Ruang Rapat Sekretariat Jenderal Kementan, Jakarta. Saat pembukaan Kick off Meeting, Kepala Biro KLN, Dr. Ade Candradijaya menyampaikan bahwa pelaksanaan evaluasi ini untuk proyek 5 tahun kebelakang (2014 sampai dengan 2019). Harapan FAO dengan evaluasi ini maka akan diperoleh masukan atas usulan kerja sama mendatang.

Proyek CA dilaksanakan untuk mengurangi resiko kegagalan panen yang disebabkan oleh perubahan iklim. Diharapkan dari proyek CA ini dapat meningkatkan hasil panen dan memperkuat kapasitas tanaman untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, terutama untuk daerah-daerah dengan curah hujan yang tidak menentu.

Tim Evaluator FAO, Dr. Omar Awabdeh dan Dr. Harvey Garcia menyampaikan bahwa evaluasi dilakukan untuk memperoleh gambaran terkait program kerja sama yang telah dilakukan, apakah program benar-benar dibutuhkan oleh mitra dan apakah dengan program tersebut akan membuat perbedaan di negara mitra. “Evaluasi dilakukan terkait program yang seluruhnya berasal dari FAO dan bagaimana kontribusi petani secara langsung,” ungkapnya.

Kepala Bagian Kerja Sama, Hukum, Organisasi dan Humas (KSHOH) Sekretariat Balitbangtan, Erlita Adriani, saat mengantarkan diskusi selama proses evaluasi menginformasikan bahwa kerja sama yang dilakukan Balitbangtan dengan FAO saat ini masih inline dengan program Kementan, dan harapannya akan lebih banyak lagi kerja sama grant dan Capacity Building dengan FAO.

Dr. Yiyi Sulaiman dalam kesempatan yang sama menyampaikan perlunya capacity building terhadap para peneliti antara lain melalui publikasi internasional. “Sebaiknya pihak FAO mengajak serta keterlibatan peneliti Balitbangtan guna memperkuat joint publication,” urainya.

Dalam kesempatan lain, Sekretaris Balitbangtan Dr. Muhammad Prama Yufdy menyampaikan bahwa beberapa lokasi lahan kering iklim kering dengan tanah cadas juga ada di lokasi lain. Untuk itu, dukungan pemda setempat juga menjadi amat penting untuk meluasnya program CA.

“Selanjutnya Proyek FAO di NTB dan NTT dapat menjadi prototipe agar pada tahapan selanjutnya dapat disebarkan atau diterapkan ke wilayah lain di Indonesia juga dapat diterapkan di negara lain,” jelasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author