Cake Tape Ubikayu, Tingkatkan Nilai Tambah Bahan Pangan Lokal

Probolinggo, Technology-Indonesia.com – Ubikayu (singkong) merupakan sumber karbohidrat ketiga setelah beras dan jagung. Namun sebagai bahan pangan, ubikayu masih dianggap inferior oleh sebagian besar masyarakat. Padahal ubi kayu dapat diolah menjadi berbagai makanan yang lezat.

Untuk meningkatkan nilai tambah ubikayu, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Badan Litbang Pertanian mengolahnya menjadi berbagai makanan yang biasanya diolah dari tepung terigu. Salah satunya cake tape ubikayu berbahan tepung ubikayu dan tape. Teknologi pengolahan cake tape ubikayu ini telah diadopsi oleh Roti BOSS Pastry & Bakery di Kabupaten Malang.

“Kami mencoba membuat cake tape ubikayu menggunakan tepung ubikayu sampai 50% menggantikan tepung terigu, 30% tape ubikayu, dan sisanya tepung terigu. Jadi kita hemat tepung terigu sampai 80%,” terang Erliana Ginting, peneliti Balitkabi bidang teknologi pangan di sela-sela Gelar Inovasi Teknologi Akabi (GITA) 2021 di IP2TP Muneng, Probolinggo, Jawa Timur pada Sabtu (26/6/2021).

Dalam pembuatan cake tape ini, Erliana tidak menggantikan tepung terigu 100% agar tidak pecah saat cake diiris, karena di ubikayu tidak ada gluten seperti yang ada di terigu. “Teksturnya masih bagus, rasanya oke, penampakan juga bagus, sehingga kita pilih dengan formula seperti itu,” lanjutnya.

Erliana menerangkan bahwa Balitkabi memiliki tupoksi untuk menghasilkan varietas unggul tanaman aneka kacang dan umbi (Akabi) yang harus didukung dengan informasi kesesuaian produk olahannya. Ubikayu harus ditentukan produk akhirnya supaya aman karena ada kandungan HCN (Hydrogen cyanide). Akhirnya ditemukan formula pembuatan cake tape ubikayu yang disukai oleh konsumen.

“Teknologi tidak mungkin menjadi inovasi kalau tidak dihilirisasi. Karena itu, kami mencoba menggandeng inkubator bisnis generasi milenial yang usahanya kebetulan dekat di Kantor Balitkabi,” tutur Erliana.

Wulan Anggraini, pemilik Roti BOSS Pastry & Bakery awalnya menghasilkan bermacam roti dan cake pisang, berbahan tepung terigu. Balitkabi pun mengenalkan teknologi pembuatan cake tape ubikayu. “Mbak Wulan sangat bersedia sehingga kami dampingi sampai produksinya jadi,”tutur Erliana.

Pada 2017, Balitkabi dan Wulan menandatangi MoU yang disaksikan Kepala Badan Litbang Pertanian dan terus berlanjut sampai hari ini. Di MoU tersebut disebutkan bahwa pada semua produk harus mencantumkan logo Agroinovasi Badan Litbang Pertanian. “Hal ini menunjukkan bahwa inkubator ini di bawah binaan dan menggunakan teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian,” lanjutnya.

Awalnya, Wulan hanya membuat cake tape. Sekarang Wulan sudah berkreasi membuat berbagai produk berbahan baku ubikayu. Dengan pendampingan dari Balitkabi, Wulan berhasil mengembangkan usaha cake tape ubikayu dan memasarkannya lewat media sosial dan lain-lain.

“Kami ini kan peneliti tidak bisa dagang, tapi Mbak Wulan punya bakat enterpreneur. Dia hanya butuh input teknologi. Ini kolaborasi yang sangat baik. Saat ini kami mencari inkubator lain sebab Balitkabi punya beberapa paten seperti tiwul dan lain-lain,” tutur Erliana.

Selain cake tape ubikayu, Balitkabi juga mengembangkan teknologi pengolahan Akabi seperti Bola-bola Cassava, Semprit Garut, Butter Cookies Kacang hijau, Sweet Potato Stick, Es Krim Ubijalar, dan lain-lain.

Dukungan Teknologi

Menurut Wulan, seorang wirausaha harus mengikuti dan didukung perkembangan teknologi. Ia pun tertarik menerapkan teknologi pembuatan cake tape ubikayu dari Balitkabi. Sentuhan teknologi bisa mengangkat bahan pagan lokal untuk membuat kue-kue yang ada di pasaran.

“Sebelumnya saya pakai tepung terigu dari gandum, kalau ada teknologi yang bisa menggantikan gandum kenapa tidak,” tutur Wulan yang membuka stand produk Roti BOSS di GITA 2021.

Wulan Anggraini, pemilik Roti BOSS Pastry & Bakery saat mengikuti pameran di GITA 2021

Wulan menuturkan bahwa awal mula perkenalan dengan Balitkabi, karena satu karyawan Balitkabi membeli cake pisang produksinya untuk sebuah acara. Waktu itu, Waktu masih menggunakan dapur rumah untuk tempat usahanya.

“Akhirnya, saya kenal Bu Erliana yang memberikan wawasan dan teknologi baru. Saya diajari tentang pengolahannya hingga bisa berkembang,” ungkapnya.

Awalnya, Wulan hanya memproduksi roti dan cake pisang. Namun sekarang, Wulan sudah memproduksi berbagai makanan berbahan tepung singkong seperti cake tape, brownies, dan lain-lain. Sekarang, usaha Wulan terus berkembang, omzet sebulan sudah lebih dari Rp 10 juta per bulan.

Wulan berharap, akan lebih banyak varian yang diolah dari tepung singkong dan masyarakat bisa menerima lebih luas lagi penyebaran produknya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author